“Jo, temani aku malam ini”
“Hmmm, ke mana?”
“Diskotik. Aku ingin bebas berekspresi. Aku merasa tertekan, Jo”
“Ahhh, serius?”
“Ya ialah. Masa aku bohong”
Syema tidak bisa melupakan kata-kata mereka yang sudah mengintimidasi dirinya seakan-akan dialah penyebab gadis itu bunuh diri. Ini mimpi buruk tersadis yang pernah ia alami. Tuduhan kejam itu sudah merongrong batin Syema hingga ia tidak bisa menerima keberadaannya. Tuduhan itu menghantui pikirannya, seakan itu menjadi beban dosa Syema yang harus ia tanggung akibat perkataan mereka. Perkataan itu benar-benar menusuk seperti duri.
“Tunggu aku di sana ya, Jo”
“Bukannya lebih baik aku jemput kamu?”
“Nggak usah. Aku bisa pergi sendiri”
“Tapi kenapa tak mau dijemput?”
“Tidak ada aku cuma ... ya udahlah nggak penting”
Syema sudah duduk santai di sebuah bangku tinggi menunggu kehadiran Jo. Ia sudah menenggak beberapa gelas kecil minuman. Suara musik diputar sangat keras. Syema mulai menggoyangkan tubuhnya dengan sangat apik. Jo datang dengan penampilan casualnya, kaos berkerah, sepatu sneakers dengan rambut rapi dan kacamata hitam. Ia melirik seisi ruangan mencari keberadaan Syema.Akhirnya ia menemukan sosok Syema yang sedang asik menggoyang kepalanya dengan mata tertutup, sambil memegang minuman di tangan kirinya.
“Ternyata kau lihai juga berjoget” tukas Jo menyambangi Syema.
“Hmmm, begitulah. Lama amat?”
“Kamu yang datang kecepatan ... Ada masalah apa Syem sampai ngajakin aku ke tempat beginian? Kalau aku boleh tahu sih”
“Tidak ada apa-apa. Aku cuma ingin menikmati waktuku saja. Rasanya seperti orang bodoh kalau aku sendirian di sini. Aku mengajakmu agar kau juga bisa menikmati malam ini dan melupakan hal-hal pahit yang sudah dilewati beberapa hari ini. Ambilkan aku minuman lagi, Jo” tukas Syema mendorong Jo pelan.
“Kau juga minumlah, sayangkan jauh-jauh ke sini tapi cuma duduk aja. Ambilkan satu gelas lagi bung untuk temanku ini” tukas Syema kepada seorang bartender.
Sang bartender menuangkan minuman ke gelas baru. Jo mengambil dan meneguknya perlahan.
“Syem, kau sudah kebanyakan minum. Kita pulang”
“Belum, aku belum puas. Aku masih ingin minum”
“Kenapa denganmu?”
“Aku cuma mau menikmati hidupku, Jo. Hanya itu” Ujar Syema menepuk ke dua pipi Jo pelan.
“Bukan begini caranya. Kalau kau stress kau bisa ngobrol denganku. Ayo kita pulang”
“Jangan. Aku ingin kau membawaku ke hotel”
“Hotel?”
“Pesankan aku kamar. Aku ingin sendiri. Tapi kalau kau ingin menemaniku juga tidak apa-apa”
Tak lama seseorang menepuk bahu Jo pelan dan menyentuh tangan Syema penuh gairah,
“Kau ...” ujar Jo gemetar kepada Binsar.
“Kebetulan sekali. Sudah lama di sini?”
“Belum ...”
“Tapi Syema tampaknya sudah menikmati minumannya”
“Jo ... pesankan aku kamar hotel ...”
“Syem ... apa kau bilang?” Tanya Binsar mendekatkan telinganya.
“Syema ngawur ... aku mau mengantarnya pulang”
“Stop ... Jo ... kalau kau mau mengantarku pulang aku bisa pulang sendiri”
“Ya udah Jo ... biarkan aku mengantar Syema ... ke mana dia mau pergi akan aku antar” pekik Binsar menepis tangan Jo keras.