Seorang perempuan muda datang dalam keadaan depresi berat karena harus menerima kenyataan bahwa ia telah diputusi oleh pacarnya. Hubungan perempuan itu dengan sang kekasih sudah terjalin selama dua tahun. Namun perempuan yang bernama Lestari itu bingung bukan kepalang, diputuskan sepihak oleh pacarnya sekaligus calon suaminya. Tiada badai dan tiada hujan, si laki-laki dengan gampangnya mengatakan bahwa mereka tidak cocok. Awalnya si laki-laki tidak menceritakan hubungan mereka kepada orangtuanya. Setelah mereka sepakat untuk lebih serius, si laki-laki menceritakan hubungannya kepada orangtuanya. Awalnya keluarga si laki-laki menentang hubungan itu. Karena hubungan marga antara si laki-laki dan perempuan marpadan atau lebih di kenal dengan adanya ikatan nenek moyang mereka pada zaman dahulu kala, sehingga mereka tidak boleh menikah meski mereka tidak satu marga. Ikrar yang mereka ikat mengharamkan pernikahan. Kedua belah pihak yang menjalin ikatan padan bertujuan saling menjaga hubungan yang baik. Itulah nasihat yang telah diwariskan oleh nenek moyang batak kepada generasinya. Namun setelah keluarga laki-laki berembuk, akhirnya mereka menyetujui hubungan itu. Ternyata setelah ditelusuri silsilah hubungan marga mereka berdua ternyata tidaklah seerat ikatan antara abang dan adik kandung. Semua masih bisa dimaklumi dan ditolerir selama silsilah yang ditelusuri menemukan titik terang.
Yang terekam dalam pikiran si laki-laki adalah bahwa mereka marpadan, meski pada akhirnya keluarga si laki-laki menyetujui hubungan itu. Namun si laki-laki tidak terima karena ada penolakan di awal oleh orangtuanya. Ia mengatakan bahwa hubungan itu sudah cacat. Keadaan jadi berbalik 360 derajat. Keluarga laki-laki mengiyakan, sementara si laki-laki justru menolaknya. Lestari meratap terhadap keputusan si laki-laki.
Tak lama setelah kejadian itu, tak sengaja Lestari berkunjung ke kost-an temannya yang kebetulan di seberangnya terdapat kost mantan pacarnya. Di situ si mantan sedang duduk bermesraan dengan seorang perempuan, Lestari hanya mengintip dari balik jendela kamar kost temannya. Ia sudah sadar ternyata bukan karena padan, melainkan ada wanita lain yang menjadi penghalang buat mereka.
“Lalu yang membuatmu datang kemari apa?”
“Aku masih belum menerima kenyataan bahwa dia memutuskan sepihak hubungan denganku”
“Kenapa?”
“Aku malu dengan keluargaku. Umurku sudah memasuki kepala tiga tapi hingga sekarang aku belum memiliki pasangan. Hubungan yang seharusnya sampai ke jenjang pernikahan akhirnya punah begitu saja”
“Lalu bagaimana perasaanmu sekarang”
“Aku masih trauma untuk memulai hubungan baru”
“Apa ada yang sudah mendekatimu?”
“Sudah ada”
“Apa yang kau lihat dari pria yang mendekatimu”
“Tidak lain dan tidak bukan sama saja dengan laki-laki lain”
“Apa itu?”
“Mulut buaya”
“Apa kau mengira seperti itu”
“Ya”
“Bagaimana bisa kau menyimpulkannya”
“Dari tiga hubunganku sebelumnya, para lelaki itu bilang suka denganku dan inilah itulah, nyatanya palsu”
“Aku rasa itu wajar dilakukan oleh semua laki-laki”
“Wajar? Tapi aku muak”
“Lalu apa keputusanmu sekarang?”
“Aku ingin menyakiti hati laki-laki. Sudah tiga kali aku berhubungan dan gagal. Mereka semua selingkuh. Ke-tiga laki-laki itulah yang memutuskan hubungan deganku bukan aku. Aku ingin menjalani hubungan dengan laki-laki yang sekarang ini agar aku bisa menyakitinya. Aku ingin balas dendam”
“Jadi kau ingin membalas dendam?”
“Ya. Itu tujuan utamaku”
“Apa kau sebegitu bencinya dengan laki-laki?”
“Sangat”
“Apa kau kira semua laki-laki itu sama?”
“Sama tidak ada bedanya”
“Barangkali, laki-laki yang mendekatimu yang sekarang berbeda dengan laki-laki sebelumnya”
“Itu tidak mungkin”
“Jadi apa kau sudah menerima penyataan cintanya?”
“Belum”
“Apa dia sudah mengungkapkannya?”
“Sudah, seminggu yang lalu. Namun aku mengatakan padanya untuk memberiku waktu menjawabnya.”
“Apa reaksinya saat kau mengatakan itu”
“Dia bilang, tidak apa-apa. Dia tidak akan memaksaku untuk menjawabnya dengan cepat”
“Apa kau sebegitu sakit hatinya dengan laki-laki?”
“Ya”
“Bagaimana kalau laki-laki yang ingin kau sakiti ini benar-benar menyayangimu?”
“Aku tidak peduli. Aku merasa semua laki-laki tidak akan pernah menyayangiku”
“Apa yang ingin kau lakukan dalam menjalin hubunganmu dengan laki-laki di masa depan?”