Seorang pria yang sangat dikenal baik oleh Jo masuk ke rumah Putri. Bukan tanpa alasan, Jo membuntuti pria itu. Pria itu bertepuk tangan sambil tersenyum sumringah kepada Putri dan Syema.
“Akhirnya datang juga setelah acara selesai”
“Maaf, Put. Banyak urusan ... Haiii Syem”
“Haiii” Balas Syema dengan kening berkerut.
“Kenapa heran?” tanya Binsar mengedipkan matanya sebelah.
“Syem, ini Binsar”
“Ya ... aku tahu. Kalian saling kenal juga?”
“Binsar teman SMA-ku. Bukan cuma itu, aku lupa kasih tahu kamu, kalau Binsar penanam modal untuk klinik konseling kita”
“Ohhh ya? Kenapa baru cerita sekarang?” Tanya Syema heran.
“Ahh itu nggak penting” tukas Binsar merapikan kera bajunya.
Tak lama, Jo masuk dan berujar, “Put, ada barangku yang ketinggalan”
“Haaa ... masih di sini kamu Jo?”
“Ya, baru keingat barangku ada yang tinggal”
“Kebetulan sekali, udah lama kalian nggak ketemuan kan Jo sama Binsar”
“Ehhh ... Haii, Bin”
“Haii, Jo”
Syema bergantian memandangi Jo dan Binsar. Ada tanda tanya besar yang berkecamuk dalam pikirannya. Bagaimana mungkin mereka saling kenal, selama ini mereka tampak menjadi dua orang asing yang benar-benar tidak saling kenal. Apa yang mereka sembunyikan?
“Aduhhh reunian dadakan yah gini. Untungnya kamu belum pulamg Jo jadi bisa ketemu Binsar. Kita semua satu SMA, Syem. Jo dan Binsar sahabat dekat dulunya, entah kalau sekarang” Tukas Putri tertawa.
Binsar mendekati Syema dan berujar, “Ya itu benar” Ia menambahkan, “Ayo ... aku antar pulang Syem”
Jonathan mencoba mendekati Syema, namun tidak ada kesempatan untuk lebih dekat dengannya. Namun Jo mempunyai siasat, ia mengambil kain yang ia gunakan untuk atraksi tadi dan menutup wajah Syema dan berkata, “Syem, berhati-hatilah terhadap Binsar, aku mohon, dengarkan aku kali ini saja. Aku akan mengantarmu pulang”
Syema terdiam dan melepaskan kain itu dari wajahnya. Jo berujar, “Maaf, aku tadi mau melipat kain itu”
“Ceroboh.” Jawab Binsar sinis dan mendorong Jonathan, “Hati-hati dong. Ayo Syem”
Jo berusaha menahan Syema dengan menarik tangannya pelan dan berucap, “Samaku aja, Syem”
“Wahhh kalian berdua mau memperebutkan Syema ya? Persis seperti waktu SMA dulu gara-gara cewek kalian ditahan polisi. Biar Binsar aja yang antar, lagian udah mau hujan. Kamu lagian masih pakai pakaian badut, Jo” tukas Putri menepuk pelan perut Jo yang besar karena kostum yang ia pakai.
“Aku akan pulang bersama Binsar”
Binsar mengulas senyum kemenangan seakan mengejek Jo, hingga Binsar mengusapkan jari telunjuk di bawah hidungnya.
Perasaaan Jo berkecamuk, ia tidak tenang menyaksikan Syema diantar oleh Binsar. Ia merasa Binsar ingin mencelakai Syema dari apa yang barusan ia tunjukkan dari gelagat tubuhnya. Mau tidak mau Jo harus membuntuti mereka. Hal ini ia lakukan untuk antisipasi, agar tidak terjadi hal buruk terhadap Syema. Sayang seribu kali sayang, sepeda motornya bocor. Ia menendang motor itu dan melempar semua barang miliknya yang ada dalam kotak. Ia tidak kehabisan akal. Ia kembali masuk sembari membuka pakaian badutnya, “Put, aku pakai mobilmu”
“Mau ke mana?”
“Ini genting, Put, Binsar bisa saja melakukan hal buruk kepada Syema”
“Kau jangan membuatku cemas, Jo”
“Aku harus segera menyusul mereka. Syema bisa terluka. Aku akan cerita padamu nanti”
Binsar membawa Syema dari jalan yang tidak biasa Syema lewati saat berkunjung ke rumah Putri.
“Kayaknya bukan jalan yang ini, Bin”
“Jalan dari sini lebih dekat, Syem”
“Ya sih, tapi tempat ini gelap.”
“Nggak apa-apa kan ada aku”
Syema membuka tasnya, di dalam ada buku yang tadi ia dapatkan dari Jonathan. Ia membuka sampul itu dan tertulis judul besar buku itu Syema Wegari Perempuanku. Judulnya membuat Syema bergejolak. Ia tidak bisa menutupi rasa ingin tahunya. Ia buka buku itu perlahan. Ada beberapa pembatas yang membuat Syema penasaran. Ia membuka satu persatu pembatas itu dan mulai membaca beberapa potong kalimat yang di higlight dengan stabilo hijau.
Kehidupan Jo dipenuhi petualangan cinta dengan banyak perempuan. Tujuannya berpacaran hanya satu menyakiti perempuan. Setelah perempuan itu sayang kepada Jo dia akan langsung memutuskannya tanpa alasan. Hingga pada akhirnya dia menemukan perempuan yang benar-benar ia cintai. Entah kenapa ada satu perempuan yang membuat hari-harinya bergetar, meski awalnya biasa saja, namun perjuangannya tidak bisa disepelekan.
Perempuan itu bernama Syema Wegari. Ia seorang pegiat di lembaga penguatan perempuan. Singkatnya hubungan Jo dan Syema hanya sebatas rekan kerja. Masa lalu Jo membuatnya ingin menyakiti setiap perempuan yang ia dekati. Itu berawal dari masa lalu ayahnya yang di tinggal oleh ibunya. Yang ada di dalam pikiran Jo adalah perempuan itu jahat sama seperti ibunya. Perempuan layak untuk disakiti. Syema adalah perempuan yang tidak menjadi pacar namun sudah membuatnya mengerti akan jati diri perempuan. Setelah mereka tidak bekerja bersama lagi, Jo menyadari bahwa Syema berbeda dari perempuan lainnya. Untuk menghilangkan stigma bahwa perempuan itu jahat, Jo melakukan terapi. Perlahan ia mulai sembuh. Stigma itu berangsur-angsur hilang dalam ingatannya.
Pernah suatu ketika, mereka berdua berada di sebuah hotel. Syema pasti berpikiran buruk tentang Jo. Padahal Jo tidak menyentuhnya sama sekali. Tidak sama sekali. Ia mengurungkan niatnya karena Syema tidak pantas diperlakukan buruk.