RPTRA1 Intan telah dipenuhi dengan sejumlah anak-anak berusia sekitar 5-12 tahun. Mereka sedang belajar sembari bermain. Dengan beratapkan langit pagi, semua tampak menikmati kegiatan.
Salah satu pengajar juga tampak asyik bersenda gurau dengan anak-anak tersebut sampai tak sadar bahwa dari kejauhan, seseorang telah memandanginya.
“Sampai kapan lu bakal keras kepala seperti ini, Moli? Kalo lu dengerin gue, lu enggak bakal susah payah ngelakuin kerjaan enggak penting macam ini.”
Dari balik pintu gerbang taman, Gerald mengamati Moli yang sedang mengajar. Seperti yang pernah Moli katakan, dari pekerjaan itu ia menghasilkan uang halal. Gerald terus mengawasi gerak-gerik Moli hingga terkejut ketika sebuah suara menimpali ocehannya.
“ Tidak ada pekerjaan yang tidak penting di dunia ini, Kawan!”
Ia menoleh ke sumber suara. Wajah seorang lelaki yang tak asing memenuhi penglihatan Gerald. Sementara lelaki itu hanya fokus memandang ke dalam taman.
“Lu!” Ia menatap tak suka. “Ngapain lu di sini?”
“Ini tempat umum, siapa saja bebas datang kemari.”
Gerald meludah sesaat, tangannya sampai mengepal menahan amarah. Dari sejak memergoki Moli bersama lelaki itu di kontrakan, ia benar-benar tak menyukainya. Gerald melihatnya sudah seperti saingan.
“Jangan takut, saya tidak memiliki perasaan apa pun pada Moli.”
“Maksud lu?”
Lelaki yang bernama Keenan itu menghela sesaat sebelum menjawab, “Saya tahu kalau kamu mencintai Moli.”
Keenan mengubah arah pandang, membuat kedua pasang mata mereka saling beradu. Ia kemudian berdiri menghadap Gerald dengan tangan diselipkan di saku kanan celana.
Gerald sendiri masih setia berdiri dengan tangan terlipat di depan dada. Suasana sejenak menegang pasalnya kedua lelaki tampan kini sibuk untuk saling menatap tanpa bicara sepatah kata pun.
Ketegangan akhirnya surut saat Moli tiba-tiba muncul di antara mereka.
“Ngapain kalian di sini?”
Keduanya menoleh pada Moli, lalu saling menyunggingkan senyuman yang sama sekali tak dibalas perempuan itu.