Di pagi hari pertama liburannya, Seana memutuskan untuk memulai hari dengan lari pagi, menikmati sejuknya udara dan embun yang menyelimuti lingkungan sekitar. Langkahnya yang cepat membawanya ke jalur trotoar yang ideal untuk olahraga ini, memberikan kenyamanan pada setiap pijakan.
Setelah berlari lebih dari satu kilometer, keringat mulai membasahi dahinya, dan ia memperlambat langkahnya untuk meneguk air dari botol yang dibawanya. Ketika matanya melayang ke samping, ia melihat sebuah kedai kopi dengan pengumuman yang tertempel di balik kaca. Seana membaca dengan seksama, "Part time, nyanyi?"
Senyum kecil mengembang di wajahnya saat ia membayangkan kesempatan ini. Dengan semangat baru, Seana melanjutkan larinya pulang, lalu segera membersihkan diri dan memilih pakaian yang rapi serta wangi.
Setelah siap, Seana berjalan kaki menuju kedai kopi tersebut, di mana pengumuman lowongan pekerjaan paruh waktu sebagai pengisi sesi musik menarik perhatiannya. Ketika ia memasuki kedai, lonceng di pintu berbunyi, disambut oleh sapaan ramah dari barista dan kasir.
Seana mendekati kasir untuk menanyakan informasi lebih lanjut mengenai lowongan tersebut. Kasir mengangguk dan segera memanggil manajer. Sembari menunggu, Seana memesan segelas kopi dan duduk di area yang disediakan.
Tak lama kemudian, manajer datang untuk bertemu Seana. Mereka membahas posisi yang tersedia dan bagaimana Seana sangat tertarik untuk mengisi posisi tersebut sebagai cara yang menyenangkan untuk mengisi waktu liburan.
"Baik, jadi kamu lebih memilih untuk bekerja pada shift pagi atau malam?" tanya manajer.
Seana mempertimbangkan pilihan tersebut. Pagi terasa menyenangkan, namun ia merasa malam hari akan memberikan lebih banyak kesempatan untuk tampil di hadapan penonton.
"Shift malam, Pak," jawab Seana dengan yakin.
"Baik, mulai malam ini pukul 18.00 hingga 21.00, kamu bisa mulai bekerja," kata manajer sambil memberikan arahan.
Diskusi itu berjalan dengan lancar, dan Seana merasa puas mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan minatnya. Dengan langkah yang ringan dan penuh semangat, ia kembali ke rumah, menantikan penampilan pertamanya di malam ini dengan penuh antusiasme.
***
Di tengah perjalanan pulangnya, Seana merasa langkahnya terhenti. Tanpa ragu, ia memilih untuk menuju pasar, tempat di mana ia dulu sering membantu neneknya berjualan.
Dengan niat tulus, Seana langsung terjun membantu di stan pasar tanpa meminta izin lebih dulu. Begitu tiba, Nenek Sari yang sedang sibuk mengatur dagangan menatap cucunya dengan keterkejutan. "Loh, Nduk, kamu di sini? Kenapa nggak jaga rumah?" tanya Nenek Sari, masih terheran-heran.
Seana hanya menggeleng lembut, "Nggak, Nek. Aku mau bantu Nenek di sini."
Sambil tersenyum, Seana melanjutkan, "Nek, malam nanti aku izin keluar, ya?"