Seana merasakan suasana hatinya semakin baik, dan dengan perlahan ia mulai melupakan kepahitan dari pengalaman penipuannya. Paginya dimulai dengan kegiatan yang menyenangkan dan menyehatkan, dimulai dengan membantu nenek menyiapkan dagangan untuk pasar.
"Nenek berangkat dulu ya," ucap Nenek Sari sambil bersiap bersama Dika untuk pergi ke pasar.
Seana mengangguk penuh pengertian, "Iya, Nek, hati-hati di jalan. Seana akan olahraga dulu dan menyusul nanti. Dika, tolong bantu Nenek ya."
Dika membalas dengan anggukan, "Iya, Kak."
Setelah nenek dan Dika pergi, Seana melanjutkan rutinitas pagi dengan berlari di udara segar, sementara Dika membantu nenek berjualan di pasar. Pasar pagi itu selalu ramai seperti biasanya, dan setelah satu jam berlari, Seana tiba di pasar untuk bergabung dengan nenek.
Meski Nenek Sari sudah beberapa kali meminta Seana untuk tidak membantu lagi karena sudah lelah mempersiapkan dagangan sejak pagi, Seana tetap bersikeras. Ia membantu nenek dari pagi hingga sore, hingga pasar tutup. Mereka pulang bersama dengan kehangatan yang mengisi waktu mereka sebelum Seana berangkat untuk pekerjaan paruh waktunya di kedai kopi malam nanti.
Rutinitas ini menjadi bagian dari liburan Seana. Ia memulai setiap hari dengan persiapan pagi, berolahraga, membantu nenek, dan kemudian pergi lebih awal ke kedai kopi untuk mempersiapkan sesi musiknya sebelum bekerja.
Jam kerja malam itu telah tiba, dan Seana bersiap di posisinya di panggung kecil kedai kopi, dikelilingi oleh pengisi musik yang akan membantunya mengisi suasana. Para pelanggan mulai berdatangan, membawa aroma kopi yang menggoda dan kehangatan malam. Kedai kopi kembali dipenuhi dengan semangat, dan semua mata tertuju pada Seana, menantikan sesi musik yang akan dibawakannya.
Dengan semangat yang membara, Seana mulai menyanyikan lagu-lagu yang dipilih oleh pelanggan malam itu. Suara lembutnya memecah keheningan malam, menyampaikan lirik lagu "Terlanjur Mencinta" dengan penuh perasaan. Setiap nada, setiap kata, mengalir dengan indah mengikuti alunan musik yang mengiringinya. Ketika lirik terakhir selesai dengan sempurna, suasana menjadi hening sejenak sebelum tepuk tangan dan pujian membanjiri ruangan.
Saat sesi istirahat tiba, Seana duduk sambil meneguk minumannya, merasa puas dengan penampilannya. Seorang pelanggan mendekatinya dengan senyum hangat dan pujian tulus. "Seana, suara kamu bagus banget tahu. Rugi kalau se-Indonesia nggak denger suara kamu!" ujar pelanggan tersebut dengan penuh kekaguman.
Seana merasa pipinya memanas, tersipu mendengar pujian itu. "Masa sih, Kak?" tanyanya, mencoba memastikan apakah pujian itu benar-benar tulus.
Pelanggannya mengangguk mantap. "Iya, seriusan! Kamu harus coba audisi di Eclipse Entertainment. Mereka buka pendaftaran sampai bulan depan. Cek di sosial media atau website resmi mereka buat cek info lebih lanjut soal alur pendaftarannya."
"Eclipse Entertainment?" Seana mengulangi nama agensi itu dengan rasa penasaran.