Lampu-lampu berkelap-kelip memantulkan sinar hangat di ruang kedai kopi yang dipenuhi aroma kopi segar dan kebisingan ringan dari percakapan pelanggan. Di sudut kedai, panggung kecil dengan lampu sorot yang lembut menjadi pusat perhatian malam ini. Seana berdiri di sana, memegang mikrofon dengan penuh keyakinan. Suasana malam ini seperti biasa—penuh energi dan semangat, dengan pengunjung yang datang untuk menikmati sesi musik yang dibawakannya.
Seana mengenakan gaun hitam sederhana dengan sedikit kilau, memancarkan aura percaya diri yang baru saja ia temukan. Setiap malam ia berdiri di panggung ini, ia merasakan campuran antara ketegangan dan kepuasan. Ia melihat kerumunan yang penuh minat, beberapa dari mereka melamun sambil meminum kopi mereka, sementara yang lain tampak menyerap setiap kata dan nada yang dinyanyikannya.
Malam ini, Seana memutuskan untuk membawakan lagu-lagu penuh emosi, berharap bisa memberikan pengalaman yang mendalam bagi pendengarnya. Dengan nada lembut dan penuh perasaan, ia mulai menyanyikan lagu "Kisah Cinta yang Hilang," sebuah balada yang menceritakan tentang cinta yang penuh kerinduan dan penyesalan. Suara Seana mengalun lembut namun kuat, mengisi ruangan dengan kehangatan dan melankolia.
Di antara lagu-lagu, Seana sering melihat ke arah bar, tempat barista sibuk meracik minuman. Ada suasana familiar di kedai ini yang membuatnya merasa seperti di rumah. Ia mulai terbiasa dengan rutinitas malamnya, dari mempersiapkan daftar lagu hingga melayani permintaan lagu dari pelanggan. Setiap sesi musik adalah kesempatan untuk menyambung dengan audiensnya dan membagikan sedikit dari dirinya melalui lagu.
Malam ini terasa istimewa. Seana mengakhiri penampilannya dengan lagu yang penuh semangat, "Langkah Baru," yang merupakan lagu ciptaannya sendiri. Seiring melodi berakhir, tepuk tangan bergemuruh dari pengunjung kedai. Senyum lebar muncul di wajahnya, merasakan kepuasan mendalam dari setiap sorakan dan pujian yang diterima.
Usai pertunjukan, Seana turun dari panggung dan mengumpulkan barang-barangnya dengan langkah ringan. Ia menuju ke bar, di mana Manajer Kedai Kopi Hana, seorang pria paruh baya yang ramah, sudah menunggunya dengan amplop di tangannya. Amplop itu berisi gaji mingguan Seana, sebuah tanda kerja keras dan dedikasi yang ia berikan.
"Seana, terima kasih atas penampilan malam ini. Lagi-lagi, kamu luar biasa," kata Manajer dengan senyum bangga. "Ini gaji minggu pertama kamu. Kamu sudah bekerja dengan sangat baik."
Seana menerima amplop itu dengan rasa syukur, mengangguk penuh hormat. "Terima kasih, Pak. Saya senang bisa bekerja di sini dan berbagi musik dengan orang-orang."
Setelah mengucapkan terima kasih, Seana meninggalkan kedai dengan langkah yang penuh kebanggaan. Ia melangkah keluar ke udara malam yang sejuk, merasakan dingin yang menyegarkan setelah hari yang panjang. Gaji pertama yang diterimanya terasa seperti sebuah pencapaian besar, simbol dari usaha dan dedikasinya selama ini.
Suasana malam di Kedai Kopi Hana tampak penuh kehangatan dan ketenangan setelah sesi musik yang baru saja berakhir. Seana duduk di sudut kedai yang tenang, menikmati secangkir kopi hangat sambil merenungkan malam yang telah berlalu. Lampu-lampu lembut yang menghiasi ruangan memancarkan cahaya yang lembut, menciptakan suasana nyaman di sekitar meja kecil tempat Seana duduk.
Seana memandangi cangkir kopi yang sudah hampir kosong, merasa puas dengan penampilannya malam ini. Pikirannya melayang kepada tawaran audisi dari Eclipse Entertainment yang terus menghantui pikirannya. Ia tersenyum sendiri, merasa terinspirasi dan penuh harapan untuk masa depannya. Sesekali, ia melirik ke arah bar tempat para barista sibuk membersihkan alat-alat dan merapikan area kerja mereka.
Saat ia sedang tenggelam dalam pikirannya, seorang pria dengan penampilan rapi dan percaya diri mendekatinya. Ia mengenakan jas hitam dan dasi berwarna cerah, memberikan kesan formal namun ramah. Pria itu berhenti di depan meja Seana, membuatnya terkejut dari lamunannya.