Seakan tepat waktu Patrick datang dan memisahkan pertengkaran antara Dokter dan Polisi. Ben tidak bisa memisahkan mereka berdua, karena dia tidak tahu dimana dia harus masuk dan membubarkan pertengkaran itu, bagi dia yang terjadi di depannya tidak masuk akal.
Mereka berdua seakan mengatakan hal-hal yang tidak masuk diakal orang biasa. Apa yang sebenarnya terjadi pada mereka berdua.
Bagi Ben, Hans awalnya adalah orang yang begitu santai dan tidak terlalu pusing dengan dunia luar selain teman-temannya, banyak hal yang terjadi ketika mereka berkuliah, apalagi mereka tidak berkuliah di tempat yang sama, beberapa kali mereka masih suka menyempatkan diri untuk makan malam bersama dan bercerita, sampai ketika di tahun kedua atau ketiga, setelah Hans pergi ke konferensi kedokteran di New York bersama dengan teman dan salah satu profesornya, dia berubah.
Ben, Charlie dan Patrick tidak bisa mendesak Hans untuk bicara, setelahnya ketika dia lulus dia sempat ke Chicago beberapa tahun, pergi dengan UN, lalu tugas di New York, sampai akhirnya pergi ke D.C dan sekarang dia kembali ke New York.
“Aku yakin kau kesini bukan hanya karena Ben mengatakan bahwa Charlie kecelakaan kan? Dia sudah memberitahumu apa yang kami curigai, dia seharusnya tidak ada disana, dia punya janji dengan pacarnya di dekat kampus, dan dia ditemukan jauh dari tempat yang seharusnya? Airbag tidak berfungsi, dia mengalami benturan cukup keras, 2 kali henti jantung di ambulance, kau tahu ada sesuatu yang salah disini, dan kau malah bertengkar dengan so called old friend?”
“Don’t tell me what to do, Patrick.”
“Then do your job, both of you. Hans, maybe that police is your friend, but Charlie he’s our brother.”
“Patrick, I said don’t tell me what to do.”
“Then work it out,” ujar Patrick sambil menunjuk ke ruangan ICU.
Hans pun akhirnya masuk bersama dengan Reyes dan juga para dokter itu, Patrick pun mengisyaratkan Ben untuk mendekat kepadanya.
“Apa yang kau temukan?” tanya Ben.
Patrick memberikan sebuah dokumen pada Ben. “Did he say something to you before this happened? Or maybe what we need to do if something like this happens?”
“Yeah, last year–” ucap Ben sambil membuka dokumen itu dan ternyata itu adalah dokumen untuk penyerahan Ccas kepada perusahaan lain milik keluarga Ben. “When did this fucking asshole met my brother?”
“Dia bertemu dengan Oliver tanpamu?”
“Dia memang mengatakan padaku, jika sesuatu terjadi, tidak ada lagi yang namanya Ccas Company. Jadi bagaimana? Orang itu ada disini?”
“Aku meminta beberapa orang untuk mencari tahu, lagi pula tanpa perlu kita cari tahu, kita tahu siapa yang melakukan ini padanya, pertanyaanku sekarang, apa yang akan kita lakukan padanya,” ucap Patrick sambil menunjukan amplop berisi foto kegiatan seorang perempuan.
Perempuan yang berambut panjang berwarna coklat. Perempuan ini tak lain dan tak bukan adalah Samantha, pacar Charlie yang masih berusia 20 tahun itu, orang yang begitu menguasai Charlie dalam kurun waktu setahun belakangan ini.
“Charlie mengatakan padaku, bahwa mereka berdua tidak boleh bertemu, namun jika nanti Charlie tidak selamat, baru dia boleh tahu apa yang terjadi padanya.”
“Jadi maksudmu, Samantha hanya boleh bertemu dengannya jika dia mati?”
“Begitulah keadaannya sekarang. Dia ingin kita melakukan sesuatu.”
“Apa?”
“Keruntuhannya.”
Patrick memijat keningnya, mencoba mengerti pesan terakhir dari sahabatnya sendiri. Keruntuhannya, hal itu adalah hal yang paling di tunggu oleh orang itu, tapi apa memang bisa dan dengan menyiarkan dia kecelakaan, tapi kalau itu terjadi Samantha juga akan tahu tentang kecelakaan ini. Satu-satunya cara hanya menghilangkan Charlie sepenuhnya.
“Kau tahu kan jika kita ingin menyiarkan keruntuhannya tanpa membuat Samantha tahu tentang kecelakaan ini, yang bisa kita lakukan adalah menghapus sepenuhnya. Apa tidak perlu menunggunya untuk bangun lebih dulu?”
Ben menatap Patrick dengan tatapan yang miris sekarang. “Kau tahu dia mungkin tidak bisa bangun, dia tidak koma, tapi— percayalah Richard saja hampir menyerah dengan kondisinya sendiri.”
“Dia tidak bisa bernafas spontan?”
Ben menggelengkan kepalanya. “We are his legal guardian, we need to make a choice here.”
“Let me think about that first while I’m preparing the rest. Is that okay?”