4 years later, 2024
“So tell me, we spent almost one million dollars yet we can’t have Lanx? It’s that why you want to tell me, Hugo? Jane? Blake? Lea?” Charlie mengabsen seluruh orang yang sedang ikut rapat hari ini.
Melihat Charlie seperti ini sebenarnya bukan hal baru sejak 2 tahun lalu perusahaan ini terbentuk, menjadi bagian dari perusahaan besar Turner Enterprise, tidak pernah ada kata lenggang di kehidupan mereka.
E.T Corp merupakan sebuah perusahaan Public Relation, namun tidak hanya itu, mereka juga memiliki brand retail. E.T building terdiri dari 3 lantai pusat perbelanjaan, yang bernama E-Mall dan di lantai 4 dan 5 merupakan kantor dari E.T Corp.
Kali ini, Charlie sebagai salah satu founder dari E.T berkeinginan untuk membuat Lanx seorang desainer perhiasan membuat pameran di gedungnya.
Mereka sudah berhasil mengajak beberapa brand luxury untuk melakukan pameran, bukan hanya satu tapi sampai 4 brand back to back melakukan pameran disana.
Namun, Lanx merupakan desainer yang misterius, dia bahkan tidak pernah melakukan pameran mandiri, koleksinya hanya dibuat sesuai musim dan tidak pernah dibuat ulang.
Sebagai orang yang menyukai tantangan, Charlie ingin menjadi orang pertama yang berhasil melakukannya. Tapi ternyata itu tidak semudah yang dia bayangkan. Lanx bahkan bukan hanya tidak mau tapi tidak pernah bisa ditemui.
Tidak ada yang tahu dimana studionya, bagaimana rupanya, bahkan melihat proposal saja dia tidak mau. Lalu bagaimana cara untuk menghubunginya? Semua dilakukan melalui email yang dikelola sendiri olehnya. Dia selalu menjawab, tapi jawabannya selalu, tidak, sekarang belum perlu atau terima kasih atas tawarannya.
“I don't have any excuse,” ucap Hugo.
“I'm not asking for an excuse, I want results!”
“I'm sorry sir, but this is not as easy as we think. We can't even get through to him. He repeatedly said he doesn't want to.”
“I don't care. Get me Lanx. Now!”
“Oh my God,” Lea bergumam sendiri melihat Charlie kehilangan akal dan memaksa mereka melakukan hal yang tidak mungkin.
Hugo, Lea, Blake dan Jane pun berdiri dari tempat duduk masing-masing lalu berjalan keluar, namun Charlie kembali bicara. “Blake, where the fuck is Ben?”
“Ah, I don't know.”
“How can you not know where your boss is?”
“Well, I’m not his P.A again or even his secretary so I don’t know, but I can guess where he is.”
Charlie menatap Blake dengan tatapan, jadi dimana dia?
“He picks up your breakfast and coffee for us, not like you who always push us, he cares a lot.”
Blake keluar dari ruang meeting dan kembali ke mejanya, Blake begitu mengenal Charlie dan Ben karena memang mereka sudah sering bertemu dan terkadang memang Charlie terlalu keterlaluan.
***
Prince Cafe.
“Kalau memang dia masih terus begitu aku juga tidak tahu harus bagaimana, sekarang aku tanya, apa ada dari kita yang tahu siapa Lanx sebenarnya?”
“Ya memang, lalu bagaimana dia bilang dia ingin hasil,” terdengar hembusan nafas berat dari ujung telpon. Hugo sudah beberapa hari ini tidak pulang karena harus mencari cara mendapatkan Lanx, tapi masalahnya bukan karena proposal, Lanx memang tidak ingin melakukan itu.