4 years ago (31 December 2020)
Sebuah cafe dengan nuansa industrial modern yang menyajikan kopi serta sandwich, hari ini buka khusus hanya untuk seseorang yang sudah seperti pelanggan tetap mereka, beberapa minggu yang lalu Jill sang manager cafe mendapatkan permintaan untuk membuka cafe itu pada malam tahun baru.
Orang yang memesan tempat ini ingin membuat musim dingin memiliki arti lain di hidup perempuan yang dia cintai. Kenangan musim dingin yang dia miliki hanyalah kehilangan. Keinginan orang itu adalah mengubah musim dingin yang menyedihkan menjadi musim dingin yang membuatnya bahagia.
Dari kehilangan anggota keluarga menjadi menambah anggota keluarga.
Kembang api tahun baru sudah selesai dinyalakan sejak sejam yang lalu. Laki-laki yang seharusnya datang menemuinya, mengatakan dia mencintainya dan ingin mengubah kenangan buruk itu tidak datang, tidak menunjukan dirinya.
Perempuan rambut panjang berwarna coklat kemerahan itu duduk di sebuah kursi yang menghadap ke jendela. Dia masih menunggu mobil sedan BMW hitam itu muncul dan sang pengemudi akan berlari lalu memeluknya lalu mengatakan, “maaf aku terlambat.”
Namun sampai pukul 1 pagi dia tidak kunjung datang, bahkan ponselnya pun tidak bisa dihubungi. Hal seperti tidak pernah terjadi, bahkan sebelum ini mereka juga tidak bertengkar, semua terlihat biasa saja.
Mungkin memang ada rasa marah, kesal dan benci namun semua perasaan itu sudah bercampur menjadi satu. Yang pasti dia rasakan sekarang adalah rasa kecewa dan kesedihan, dia tidak pernah merasakan kecewa seperti ini.
Dia tahu, walaupun orang itu terlambat dia pasti masih bisa di hubungi namun entah kenapa kali ini dia sama sekali tidak bisa dihubungi. Dia tidak pernah mengingkari janji, jika terlambat dia pasti datang tapi kini seakan dia menghilang.
Apa yang salah?
Tahap pertama pun sudah dimulai, dia mulai mempertanyakan apa yang salah dengan dirinya walau padahal itu bukan salahnya sama sekali. Hal ini membuatnya kembali menyadari bahwa, semua menghilang saat musim dingin.
Semua orang meninggalkannya, semua orang tidak mau bersamanya.
Apa aku mengatakan hal yang salah sebelumnya?
Tahap kedua pun dimulai, dia mulai memikirkan apa yang sudah dia perbuat, seakan dia sedang membuka arsip di kepalanya, semua kenangan itu mendadak berputar seperti sebuah adegan flashback di sebuah film, potongan-potongan kebersamaan mereka yang muncul kini seakan perlahan-lahan mulai terbakar dan menghilang, hingga hanya meninggalkan senyumannya terakhir kali.
“Sam? Kau tidak apa-apa?”
Sang manajer cafe pun akhirnya menghampirinya untuk memastikan keadaannya.
“Aku tidak apa-apa. Jill maaf merepotkanmu aku pulang dulu ya.”
“Kau yakin? Mau aku antar pulang?”
Sam menggelengkan kepalanya. “Tidak usah, aku masih bisa menyetir sendiri.”
“Oke, hati-hati ya.”
***