Seperti biasa, Sam dan Vince menyempatkan diri untuk pergi ke Nan’s terlebih dahulu. Nan’s merupakan tempat supplier bahan-bahan yang mereka butuhkan, toko ini bahkan sudah menjadi langganan banyak desainer termasuk Paul ayah Vince.
Sam dan Vince memanfaatkan privilege tersebut, mereka mendapatkan kuota hutang yang cukup banyak, walau begitu Sam sudah beberapa kali membayar dari hasil hadiah lomba ataupun pekerjaan paruh waktu.
Vince pun selalu melakukan hal yang sama dia langsung masuk dan berputar kesana kemari untuk mencari seseorang, yaitu Winnie. Winnie merupakan asisten store yang selalu menemani mereka jika datang, dan hal ini bukanlah sebuah kebetulan, Vince sangat menyukai Winnie dan bahkan ingin menjadikannya muse.
Sam hanya duduk di sofa ruang tunggu sambil melihat sekeliling, dan ketika dia melihat Winnie yang berjalan diluar toko dia pun langsung keluar dari Nan’s dan menariknya untuk ikut dengannya.
“Sam? Kau mau membawaku kemana?”
“Biarkan dia mencarimu di dalam, ayo temani aku beli kopi dulu.”
“Hah?”
Winnie pun tidak punya alasan untuk menolak, Sam dan Vince memang memiliki karakter yang berbeda namun juga sebenarnya agak mirip, tapi jika harus memilih mana yang lebih gila, mereka berdua tidak ada bedanya.
“Kita mau kemana?” tanya Winnie lagi.
“Ke Prince?”
Winnie tidak percaya mendengar hal itu. “Kau yakin? Kalau Vince tahu tidak apa-apa?”
Ada alasan mengapa Winnie bertanya tentang hal ini, karena sudah 4 tahun lamanya Sam menghindari cafe tersebut. Dulu Vince dan Sam selama membawa makanan dari cafe tersebut dan selalu membanggakan makanan dari sana, namun entah apa yang terjadi mereka sudah tidak pernah lagi kesana dan tidak pernah lagi membicarakannya.
Winnie pun tidak pernah bertanya karena dia sepertinya tahu bahwa ada sebuah kenangan buruk yang terjadi, karena semenjak itu Sam menjadi sedikit lebih diam dari biasanya, dia memang tidak terlalu hiperaktif seperti anak ekstrovert pada umumnya, tapi juga tidak sediam anak introvert.
Sam mudah bergaul, mudah dekat dengan siapapun namun sepertinya memang ada hal yang terjadi dan tidak dari mereka yang ingin membicarakannya.
“Hai Jill!” sapa Sam.
Orang yang dipanggil dengan nama Jill pun menoleh ke sumber suara tersebut, awalnya dia belum menyadari siapa yang memanggilnya, terlihat dari ekspresinya dia memiringkan kepalanya ke kanan dan ke kiri mencoba mengenali siapa yang ada di depannya, sampai akhirnya matanya melebar, mulutnya terbuka dan tangannya langsung menutup mulutnya sendiri.
“Oh my God! Sam! Where’ve you been? How are you!?”
“I’m fine, maaf aku jarang kesini,” ucap Sam sambil tersenyum dengan lebar. “Masih ingat orderanku?”
“Untukmu? Pasti, aku masih ingat betul pesananmu, sekalian untuk Vince?”
“Yeah, kalau boleh extra bacon.”
“Anything for you dear, anything else?”
Sam menoleh ke Winnie yang ada disampingnya. “Kau mau apa?”
“Hmm, boleh pilihkan? Aku bingung karena semuanya enak,” ucap Winnie sambil tersenyum.
Sam mengangguk setuju, memang sulit untuk memilih karena semua menu yang dibuat oleh Jill dan timnya sangat enak. “Jill tambah egg bacon lagi dan kopinya 4 ya.”
“Oke, it’s on the house, let me take care of all of it.”
“Are you sure? Itu banyak Jill.”
“Sam, kamu adalah pelanggan yang membawa cafeku jadi sebesar ini jadi tenanglah ini bukan apa-apa.”
“Aku tidak ikut campur dengan kesuksesanmu.”
“Sudahlah, tunggu saja pesanannya.”