Symphony of Memories

Ang.Rose
Chapter #1

Author Note + 1

Hai semuanya, apa kabar?

Karya kali ini berjudul Symphony of Memory, dimana cerita ini sebenarnya merupakan outline lama (2020), sempet pernah di posting juga tapi di tarik kembali karena memang terlantar untuk waktu yang lama.

Bermula karena gak sengaja ngeliat lagi, akhirnya memutuskan untuk kembali menulis ini dengan outline yang lebih baik dan semoga ini menghibur.

Untuk cerita ini mungkin akan banyak disclaimer ya. Karena memang ini topiknya agak dewasa, mohon untuk di pikir ulang untuk baca, karena itu aku buat Author Note ini dulu.

Banyak adegan kekerasan, menyakiti diri sendiri, dan kata-kata kasar, karena itu mohon bijak ya teman-teman.

Sekali lagi, mohon bijak dalam membaca. Jika kamu merasa kamu tidak akan terpengaruh dengan adegan di cerita ini silakan membaca, tapi kalau kamu lagi struggle dengan dirimu sendiri, aku menyarankan untuk jangan membaca.

Setiap adegan yang dibuat bukan hanya untuk keperluan cerita atau pelengkap, tapi memang dijelaskan sebab-akibatnya. Aku sebagai penulis mencoba menceritakan kisah dari tokoh utama dengan baik, karena aku buat cerita ini juga hati-hati.

Apa yang mau aku ceritakan disini? Banyak hal, tapi yang terpenting adalah, bahwa pengaruh dan perhatian dari orang terdekatlah yang bisa membantu kita melewati masalah seberat apapun itu.

Pesan dari aku sebelum kamu baca cerita ini, kamu gak sendiri, kamu punya orang terdekat yang bisa kamu ajak bicara, raih mereka dan ceritakan. Buat orang yang mengenal orang yang sedang kesulitan, tolong mereka dengan cara mendengarkan, kamu gak perlu kasih solusi karena bukan itu yang mereka butuh, mereka butuh tahu bahwa ada orang yang masih ingat keberadaan mereka.

Terakhir,

Terima kasih telah mendukung karya-karya aku selama ini, aku harap kalian selalu bahagia.

Symphony of Memory. 2024

***

#1

Mobil BMW berwarna putih berlari kencang dari arah selatan, terlihat di belakang mobil BMW ada 2 mobil SUV GMC hitam yang mengejarnya dengan kecepatan penuh, sang pemilik mobil BMW terlihat sekuat tenaga untuk menjaga jaraknya dari mobil yang mengejarnya.

Sang pengemudi sebenarnya sudah agak kesulitan untuk berkonsentrasi menghindari mobil itu, kepalanya sudah bersuara, berdenging, berat dan juga dia mulai merasakan ada yang mengalir dari rambutnya, dan dia tahu itu bukanlah keringat.

Dia mengulurkan tangannya dan mencoba untuk mengusap bagian kepalanya yang terasa ada yang mengalir, benar saja itu merupakan darah, mengingat apa yang telah terjadi beberapa jam yang lalu, tidak mati ditempat saja sudah sebuah keuntungan.

Di sebuah gudang yang terbengkalai, dia tidak tahu bahwa ada tempat seperti ini di pinggiran kota Los Angeles, dia dijebak, seharusnya dia tidak perlu kesini dan tetap pergi menghampiri orang yang menunggunya di tempat dimana pertama kali dia memberikan tanda bahwa dia serius menjalani hubungan ini.

Tapi, walau dia ingin berlari ke perempuan itu, tetap saja, dia harus menyelesaikan hal ini, dia tahu ini adalah kesalahpahaman yang begitu besar, namun orang ini pastinya tidak akan mengerti, orang ini tidak akan mendengarkan penjelasan yang dia berikan, orang ini hanya peduli dengan pemikirannya sendiri.

“Apa yang kau inginkan?”

“Kau tahu apa yang aku inginkan,” ucap orang yang ada di depannya itu dengan belasan orang di belakangnya.

“Kematianku? Kau tahu bahwa meskipun aku mati hari ini, tidak akan membawa Veronica hidup kembali dan bersamamu kan, Justin?”

“Memang, tapi aku tidak puas jika tidak melihatmu mati dengan mengenaskan, Charlie.”

Charlie memejamkan matanya sebentar, memang benar orang ini tidak akan puas hanya dengan bicara, dia akan terus berusaha menyalahkannya sampai dia puas, karena memang itulah yang dia inginkan, dia tidak mau tahu apa yang sebenarnya terjadi dan memilih menyalahkan orang lain.

Justin dan Charlie sebenarnya adalah teman sekolah dulu namun karena adanya kejadian di masa lalu, dimana Veronica yang merupakan teman mereka juga dan anak dari sekretaris keluarga Justin meninggal karena kecelakaan setelah pergi dari apartemen Charlie, Justin menyalahkan Charlie karena hal itu, padahal Justin hanya tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, dia hanya tidak tahu bahwa sesuatu yang lebih dari itu telah terjadi.

Charlie pun tahu bahwa dia tidak bisa mengajak Justin bicara, orang itu terlalu keras kepala ketika diajak bicara.

“Baiklah, datanglah sesukamu.”

Orang yang berada di belakang Justin pun berlari menyerang Charlie yang sendirian, dia berpikir bagaimana mencari cara untuk mengalahkan belasan orang ini sendirian, Charlie mencoba menghindar dan mengalahkan beberapa orang.

Charlie menghindari pukulan dari orang didepannya namun ternyata dia dipukul dari belakang dengan balok kayu, dia bisa mengalahkan 4-5 orang setelahnya namun makin lama makin sulit menghindar.

Baru Charlie ingin menghadang orang yang ingin menusuknya dengan pisau, kepalanya dihantam dari belakang. Charlie jatuh tersungkur sampai akhirnya dia dipukuli dan ditendang berkali-kali, dia mencari celah dan akhirnya berhasil mengambil satu orang sebagai sandera, dia mundur beberapa langkah lalu memukul orang yang disandera dan pergi keluar dan kabur dengan mobilnya.

“Shit,” umpat Charlie begitu dia melihat darah yang mengalir.

“Untung aku tidak mati disana,” ucapnya sambil kembali fokus ke jalan.

Orang-orang gila itu tetap mengejarnya dengan kecepatan penuh, dia memakai mobil sedan BMW sedangkan yang mengejarnya memakai SUV GMC, sebuah kekuatan yang cukup berbeda, Charlie berusaha menjaga jarak karena jika dia dihantam oleh mobil itu sudah pasti dia bisa mati.

Namun ternyata Charlie tidak melihat bahwa lampu lalu lintas di depannya telah berubah dia menerobos lampu merah dan sebuah mobil memberinya klakson, terkejut dengan suara klakson tersebut, dia pun membanting stir ke kanan dia mencoba untuk mengerem namun sistem remnya tidak berfungsi, dia pun menabrak sebuah toko yang ada di pinggir jalan.

Namun seakan seperti sebuah flashback dalam sebuah film, Charlie justru mengingat sesuatu di kepalanya, dia bisa membayangkan, perempuan itu duduk di sofa dekat dengan jendela dengan rambut yang tergerai, kaki yang diangkat keatas, dia memakan sandwich egg mayo sambil menatap ke jalan dimana mobil lalu-lalang.

Sebuah penyesalan terbentuk dihatinya. Andai aku tidak gegabah mengikatmu, jika aku memang mati sekarang, kamu tidak perlu menyesal karena aku tidak ada lagi. Keegoisanku mencintai orang yang 10 tahun lebih muda dariku. I’m sorry Sam, I love you.

Brrughh~!!

Suara gemuruh yang bersamaan dengan suara petir pun terdengar keras, kepala Charlie menghantam setir, tidak ada air bag yang keluar untuk menghambat benturan, kali ini darah yang keluar dari kepalanya semakin banyak, Charlie tidak sadarkan diri.

Mobil GMC yang mengejarnya pun berhenti tepat waktu, mereka hanya melihat dari dalam mobil dan langsung pergi dari TKP karena ternyata sang pemilik toko masih ada dan sedang menghubungi 911, mereka tidak bisa memastikan apakah Charlie masih hidup atau tidak.


Tidak membutuhkan waktu lama, petugas tanggap darurat dari LAFD dan petugas medis pun langsung datang ke tempat. Seorang petugas pemadam langsung turun untuk melihat kondisi mobil yang sudah masuk setengah ke pelataran toko.

“Capt! We need to evacuate now, the airbag doesn’t pop off.”

Kapten yang dipanggil pun melihat keadaan yang dimaksud oleh stafnya dan ternyata memang benar, airbag tidak berfungsi, “Chloe! Periksa korban, Oliver siapkan pembuka pintu, Frederick! Ikut aku.”

“On it, Capt!” ucap mereka bersamaan.

Kapten dan Frederick menyusuri jalan dan melihat hal yang mencurigakan. “Capt.”

“Ini bukan bekas ban BMW kan?”

Frederick melihat kebelakang memastikan lebar ban BMW dan bekas ban yang ada di jalan bukanlah milik mobil yang menghantam toko tersebut, bekas ban yang ada di jalan jauh lebih lebar daripada mobil BMW itu, jelas ini adalah bekas ban mobil SUV.

“This tire mark, almost 20 but that car, approximately 18/19, this is an SUV not sedan like that BMW.”

“Tidak ada bekas ban BMW?”

Frederick menyusuri jalanan sampai 3 meter sebelum benturan, lalu berlari kembali ke dekat sang kapten, “tidak ada jejak ban mobil BMW, jadi bagaimana, kita laporkan?”

Sang Kapten melihat kembali ke arah mobil itu, lalu melihat jalanan, dia menghela nafasnya sebentar. “Airbag tidak berfungsi, bekas ban tidak ada itu artinya remnya juga bermasalah, kau bantu Oliver aku akan hubungi dispatcher.

“Oke Capt.”

Sang kapten pun menekan radio yang ada di samping dadanya. “Captain Brick to dispatch.”

“Yes Capt, this is Grace.”

“Grace, kurasa kita harus memanggil polisi, sudah ada polisi yang tiba?”

“Aku sudah menghubungi polisi juga, Detective Reyes dekat dengan posisi kecelakaan kurasa dia akan segera sampai.”

“Oke, thank you.


Chloe melihat kondisi korban yang ada di dalam mobil, dia masuk dari pintu belakang dan mengecek bagian vitalnya, nafasnya tidak teratur namun detak jantungnya tidak beraturan serta tekanan darahnya rendah.

“His breath, this is not good.”

Oliver memutus seatbelt yang dipakai oleh si korban, Chloe membuka kemejanya dan melihat luka lebam lain di tubuhnya, tidak hanya luka seat belt namun memar yang berbentuk horizontal. “He has broken ribs and ruptured his lungs! Get him out now!”

Oliver dan Frederick langsung membuka pintu mobil dan mengevakuasi korban keluar, Grunt dan Leo sudah bersiap dengan gurney, mereka berhasil mengeluarkan korban dari mobilnya. Grunt langsung memasang Life Pack pada korban untuk melihat tanda vitalnya, Leo memasang saline.

“BP 60/40, saturation 85%,” teriak Grunt.

Chloe mengambil senter pulpennya dan melihat salah satu pupil orang itu tidak merespon. “Concussions,” ucap Chloe perlahan, dia kembali menekan dada korban dengan jari tengah lalu di gerakannya memutar, dia mencoba menyadarkan korban. “Sir, can you hear me?” tanya Chloe.

“Sir, can you hear me!?”

Lihat selengkapnya