Symphony of Scars

Ang.Rose
Chapter #3

#2




Berjalan dengan sebuah misi Arion masuk dengan langkah pasti ke dalam Oriental. Kafe dengan nuansa bak di Eropa, dengan batu bata yang tidak diplester dengan semen, dibiarkan terekspos memberikan kesan artistik dengan konsep industrial.

Arion bisa mengerti kenapa orang seperti Elara dan anak-anak Art, Fashion and Music College bisa betah bermain di tempat ini karena memang tempatnya yang nyaman untuk berlama-lama.

Lantunan musik klasik yang berputar terus menerus, membuat setiap orang yang berada di tempat ini pun tidak merasakan waktu yang berputar, seakan ketika mereka masuk ke tempat ini, waktu berhenti, dan tiba-tiba langit sudah berubah gelap.

“Halo, Maya, Elara.”

Arion tidak sengaja mendengar sapaan si kasir, dia pun berjalan perlahan ke rak buku yang dekat dengan meja kasir, terdengar bahwa mereka seperti sudah mengenal sejak lama, bahkan sang kasir pun sudah hafal dengan pesanan mereka.

“Kurang tidur banget tuh kayaknya,” ucap Arion begitu mendengar pesanan kopi Elara. Kopi hitam dengan 3 shot, cukup banyak untuk sekedar membangunkan.

Elara berjalan meninggalkan tempat duduknya setelah menaruh barang-barangnya dia berjalan menuju lorong yang lain, Arion mengikutinya dari belakang menjaga jarak tapi supaya dia masih bisa mendengar ucapannya jika dia bicara.

Elara memiliki tinggi yang hampir sama dengannya, penampilan sehari-hari di kampus berbeda ketika dia menghadiri acara festival kemarin. Jika kemarin dia memakai kaos merch dari sebuah band asal jepang Radwimps, penampilan dia di kampus terlihat begitu casual dengan, celana jeans baggy, kaos kolaborasi toko pakaian dengan sebuah anime, dan juga outer, kali ini dia memakai kemeja linen oversize sebagai outer.

“Dia suka jejepangan plus anime? Wibu ini anak?”

Arion hanya bisa mengira-ngira karena unggahan dia di Instagram tidak pernah menunjukan apa kesukaannya, halaman profil Instagram dia sudah seperti portofolio seninya. Arion sudah yakin pasti dia punya akun alter atau second account. Tapi, akun itu sulit ditemukan.

Melihat Elara duduk dan mulai makan, Arion pun perlahan-lahan duduk belakang Elara, yang itu berarti Arion bisa mendengarkan seluruh percakapan mereka.

“Gimana-gimana, Rhino keren kan?”

Sesuai dengan keinginannya mereka mulai membahas musik yang dia mainkan, kali ini Arion bisa mendengarkan lebih jelas, apa yang dikatakan oleh Elara tentangnya. 

“Secara musik, gue akuin dia jenius, mungkin skill dia diatas gue, tapi–” terdengar seperti hentakan suara sendok yang dilempar ke meja “Gue gak merasa terhibur dan tersentuh sama lagu dia, terutama lagu dia yang baru dia puter di Encore.”

Banyak yang tersentuh dengan lagu itu tapi orang ini tetap berulang kali mengatakan bahwa cara dia mengekspresikan diri seperti sebuah kesalahan.

Lihat selengkapnya