Gio terhuyung-huyung masuk ke kamar kecilnya yang sempit, rasa sakit yang tersisa berdenyut-denyut di sekujur tubuhnya. Ia ambruk ke tempat tidur sederhananya, pegas-pegasnya berderit protes. Setiap ototnya nyeri, setiap memarnya menjerit protes, dan gelombang keputusasaan yang menyesakkan melandanya. Ia menatap langit-langit yang bernoda air, pandangannya kabur karena air mata.
"Ahhh... sakit sekali. Kenapa ini selalu terjadi padaku?" bisiknya pada kamar yang kosong.
Tangannya gemetar saat ia merogoh bawah bantal, menarik keluar sebuah kotak metal kecil. Itu adalah satu-satunya peninggalan orang tuanya, sebuah kubus halus tanpa hiasan dengan cahaya hijau samar yang berkilauan. Logam itu terasa dingin, seolah hidup, di kulitnya.
"Ibu... Ayah... kenapa kalian menelantarkanku?" gelombang air mata yang lebih deras mengalir di pipinya.
Ia memeluk kotak itu ke dadanya, gerakan itu mengirimkan kejutan rasa sakit baru melalui tangannya yang babak belur. Tanpa sadar, darah dari buku-buku jarinya yang terluka dan air mata dari matanya jatuh ke permukaan kotak.
Selama beberapa detik yang menyakitkan, tidak ada yang terjadi.
Kemudian, suara dengungan rendah dan bergema bergetar melalui logam. Gio tersentak, tangisnya berhenti seketika. Kilau hijau samar pada kotak itu semakin intens, menyerap setiap tetes darah dan setiap air mata seolah-olah itu adalah nutrisi. Kotak itu mulai bersinar dengan cahaya terang yang berdenyut, dan suara gerusan rendah memenuhi ruangan.
Kotak itu bergetar hebat di tangannya.
"Apa... apa yang terjadi?!" Gio berteriak, terkejut. Kotak itu tiba-tiba terlempar dari genggamannya, berputar di udara sebelum jatuh ke lantai dengan suara gemuruh. Suara gerusan semakin keras, dan garis tipis muncul di sepanjang tepi atasnya. Perlahan, dengan suara menyakitkan, tutupnya mulai terangkat.
*Apakah itu akan terbuka? Apakah peninggalan orang tuaku, akhirnya bisa diketahui?* Getaran kegembiraan yang cukup kuat, untuk sesaat meredakan rasa sakit fisiknya yang mengalir melalui dirinya. Sepanjang hidupnya, ia gagal membuka kotak ini. Ia memimpikan rahasia yang terkandung di dalamnya, tentang orang tua yang meninggalkannya. Mungkin, hanya mungkin, kotak itu menyimpan petunjuk untuk menemukan mereka.
Krekkk~
Dengan erangan keras terakhir, tutupnya terbuka. Gio merangkak di lantai, jantungnya berdebar kencang di dadanya. Ia mengintip ke dalam kotak, matanya membelalak lebar dengan campuran harapan dan ketakutan. Namun sebelum ia bisa melihat apa yang ada di dalamnya, kilatan cahaya putih cemerlang dan menyilaukan meledak dari dalam kotak.
Cahaya itu seperti kekuatan fisik, semburan energi mentah yang menghantam dahinya.
"Ahhh! Apa ini?! Tidak! Apa yang kau lakukan?! Keluar dari kepalaku!" Gio berteriak, tangannya menepuk-nepuk ke dahinya seolah-olah mencoba menghentikan dan mengeluarkan semburan cahaya itu.
Rasa sakit mulai terasa, bagaikan miliaran jarum kecil yang menusuk otaknya, sensasi terbakar yang terasa seperti tengkoraknya akan retak. Sarafnya menjerit kesakitan saat cahaya putih melonjak melalui kesadarannya, menulis ulang dan membangkitkan sesuatu yang jauh di dalam dirinya. Ia kejang-kejang di lantai, tubuhnya melengkung, pikirannya dipenuhi pusaran simbol dan kode yang tidak dapat dipahami. Hal terakhir yang ia lihat sebelum kegelapan merenggutnya adalah kotak hijau kecil di lantai, yang ternyata benar-benar kosong dan tidak ada isinya. Sekilas, rasa kecewa terlihat di wajahnya, sebelum akhirnya dia jatuh dan pingsan.
---
Dua jam kemudian, mata Gio berkibar terbuka. Kabut tebal kebingungan menyelimuti pikirannya, dan rasa sakit yang tumpul berdenyut di belakang pelipisnya.
"Ugh... kepalaku... berat sekali," rintihnya, mendorong dirinya bangkit. "Apa-apaan tadi itu? Kotak itu... hampir membunuhku!"
Ia duduk tegak sepenuhnya, mengamati sekelilingnya. Kamarnya sama, cahaya sore menyaring melalui jendelanya, tapi ada sesuatu yang terasa berbeda. Tubuhnya terasa... lebih ringan. Seolah-olah beban berat yang ia pikul sepanjang hidupnya tiba-tiba terangkat.
Engh!
Rasa pahit dan tidak enak memenuhi mulutnya, dan gumpalan darah hitam kental menyembur keluar dari mulutnya. Darah itu mendarat di lantai dengan suara yang menjijikkan.
"Apa? Apa ini?! Kenapa aku meludahkan darah?! Apakah aku akan mati?!" Gelombang kepanikan mencengkeramnya. Ia menatap cairan menjijikkan di lantai, perutnya terasa mual.
Tiba-tiba...
{Master, Selamat, Kamu sekarang terhubung dengan System.}
Kepala Gio menoleh, mendengar suara itu. "Siapa itu? Siapa di sana?! Siapa yang berbicara padaku?!" teriaknya, matanya melesat panik ke seluruh ruangan. Jantungnya berdebar kencang. Ia sendirian. Teror yang tidak diketahui, suara tanpa tubuh yang terngiang di kepalanya, lebih buruk daripada pukulan apa pun.
{Master, Kamu tidak perlu takut. Aku ada di dalam dirimu. Aku adalah System. Denganku, Kamu bisa menjadi orang yang paling kuat dan luar biasa di dunia ini.}
"Bohong! Kau mencoba menipuku! Siapa kau sebenarnya?" teriak Gio, suaranya sedikit putus asa.
{Itu bukan kebohongan, Master. Itu adalah fakta. System sekarang terbangun dan terintegrasi ke dalam dirimu, Master. memungkinkan Kamu menjadi lebih kuat dari yang bisa Kamu bayangkan. Kamu sudah menjadi bukti hidup. Lihat tubuhmu. Semua lukamu, semua darah, semuanya telah lenyap tanpa jejak.}