Executive Fashion, Kota BandungĀ
"Hei! Apa kau tuli?! Kenapa kau hanya berdiri di sana?!" teriak karyawan pria itu lagi, wajahnya memerah karena marah. "Aku bilang keluar! Kau menghalangi jalan dan mengotori pandangan pelanggan saya!"
Tubuh Gio menegang. Ia mengira penghinaan di toko ponsel sudah buruk, tapi ini di level yang berbeda. Pria ini secara aktif berteriak padanya, secara terbuka memperlakukannya seperti sampah. Penghinaan di matanya seperti pukulan fisik.
"Aku datang ke sini untuk membeli pakaian," kata Gio, suaranya surprisingly dingin. Ia telah bersumpah untuk tidak membiarkan siapa pun memperlakukannya seperti ini lagi. "Apakah seperti ini cara kalian melayani pelanggan?"
"Kau?!" Seorang karyawan wanita yang berdiri di dekatnya menunjuknya dengan jari gemetar, seringai di wajahnya. "Pakaian di sini mahal! Kau tidak mampu membeli sehelai benang pun! Pergi sana!"
"Aku hanya akan..." Sebelum Gio bisa menyelesaikan kalimatnya, suara langkah kaki percaya diri menggema dari pintu masuk toko.
Thump-thump~
"Tuan Muda Ardy!"
"Tuan Muda Ardy ada di sini!"
Para karyawan dan kerumunan kecil yang tadi menertawakan Gio segera berdiri tegak, wajah mereka berubah dari cemoohan arogan menjadi rasa hormat yang menjilat.
"Tuan Muda, apa yang membawa Anda ke sini?" tanya salah satu karyawan.
"Bukan apa-apa," jawab Ardy, matanya menyapu pemandangan kacau itu. "Ada keributan apa ini?"
Karyawan pria yang tadi berteriak pada Gio melangkah maju, dengan ekspresi sombong di wajahnya. "Ini Tuan Muda, Tuan. Si bodoh miskin ini ingin membeli pakaian di sini. Lihat saja pakaiannya yang menyedihkan!"
"Apa katamu?" Suara Ardy rendah, dan kilatan kekesalan melintas di wajah tampannya. Ia datang ke sini untuk mendekati Gio dan mencari teman, bukan untuk mendengarkan karyawannya sendiri mempermalukan calon sekutunya.
"Ah, Tuan Muda, pengemis ini menyebabkan masalah..." karyawan itu tergagap, matanya melirik gugup saat mendengar nada dingin dalam suara Ardy.
PLAK!
Sebelum karyawan itu bisa menyelesaikan kalimatnya, suara keras dan tajam bergema di seluruh toko. Tangan Ardy telah mendarat tepat di pipi pria itu. Kerumunan, karyawan lain, bahkan Gio sendiri membeku karena terkejut. Karyawan Pria yang tadi begitu percaya diri beberapa saat yang lalu tersandung mundur, wajahnya merah dan bekas tangan membekas di pipinya.
"T-Tuan Muda, kenapa Anda memukul saya?" karyawan itu tergagap, matanya membelalak karena sakit dan tidak percaya. Ia adalah karyawan yang dipercaya, dan bawahan langsung Ardy.
"Dasar bodoh! Kau tidak bisa menilai seseorang hanya dari penampilannya!" teriak Ardy, suaranya seperti tamparan dingin yang penuh wibawa. "Bagaimana jika Tuan Muda ini mampu membeli pakaian kita? Kau menghina pelanggan kita, dan merek kita akan ternodai! Aku mengenal Tuan Muda ini. Aku yakin dia mampu membeli apa pun di toko ini. Kau dipecat! Ambil uang pesangonmu dan keluar dari tokoku!" Kata-kata Ardy adalah serangan yang diperhitungkan, dirancang untuk membuat Gio terkesan.
Sisa Kesombongan karyawan itu Langsung runtuh sepenuhnya. "T-Tuan Muda, saya salah! Tolong, saya mohon! Jangan pecat saya!" ia memohon, berlutut.
"Keamanan! Seret dia keluar sekarang!" perintah Ardy dengan suara dingin dan final.
Dua penjaga keamanan muncul seketika dan menyeret karyawan yang memohon itu. Pria itu meronta dan memohon, tetapi para penjaga tidak menunjukkan belas kasihan. Mereka menyeretnya keluar pintu, dan suara retakan yang mengerikan bergema dari gang saat mereka mematahkan kakinya untuk memberinya pelajaran.