Hari masih belum terlalu terang, tetapi aktivitas masyarakat telah dimulai. Ada bersiap berangkat kerja, ada yang tengah sibuk melayani orang-orang yang hendak sarapan, ada pula yang sekedar lari pagi dan bersantai. Pagi yang harmonis itu dikejutkan dengan sambaran kilat. Kilat yang terlalu besar dan terlalu terang bahkan tanpa didahului dengan awan mendung. Membuat sebagian yang percaya dengan takhayul berfikir mengenai pertanda buruk.
Di sebuah rumah sederhana, dalam sebuah kamar loteng bernuansa peach, seorang gadis tampak terlelap dalam tidurnya. Kilat yang begitu besar sekolah menyambar tepat di samping jendela, membuat seluruh bangunan bergetar.
Bersamaan dengan sambaran kilat, muncul sesosok makhluk aneh diatas tempat tidur. Gadis itupun membuka matanya.
Bola matanya bergerak, memindai sekeliling. Tempat tidur besar dengan lemari putih di dekat dinding, meja dengan rak buku tinggi, meja rias yang penuh makeup, dua buah pintu putih dan jendela besar yang ditutupi gorden, dinding yang ditutupi dengan wallpaper berwarna peach lembut, atap miring dengan kaca lebar yang menampilkan langit pagi.
"Boci, dimana ini?"
"Amerika abad 21 nona. Selamat datang di misi pertamamu."
SW-301 bangkit berdiri, berjalan perlahan menghampiri meja rias. Cermin menampilkan sosok gadis berambut hitam yang ujungnya diwarnai dengan warna merah muda. Kulitnya putih, dengan fitur wajah sedikit Asia. Meskipun demikian, ia tidak memiliki mata yang sipit. Dibandingkan dengan penampilan fisik aslinya, wajah ini tentu tidak sebanding. Meskipun demikian keseluruhan tampilannya sangat segar dan cantik.
SW-301 mengerang, tangannya memegangi kepalanya yang terasa berdenyut. Kepingan ingatan yang bertubi-tubi hadir bagai ribuan jarum yang menghujam otaknya.
Tubuh yang ia tempati saat ini bernama Jennifer Wang, anak tunggal dari Stephen dan Christina Wang. Ia adalah mahasiswi baru fakultas kedokteran salah satu universitas ternama. Kedua orang tuanya adalah dokter senior dengan jam terbang yang cukup tinggi. Meskipun demikian, bukan berarti ia sendirian di rumah karena sejak usia 10 tahun ia telah hidup bersama sepupunya, Janette Chang, setelah paman dan bibinya meninggal.
Masa kecilnya sebagai anak tunggal dihabiskan dengan cukup bahagia, namun entah bagaimana sikapnya berubah sejak ia menginjak usia 12 tahun. Ia mulai melakukan segala sesuatu bertentangan dengan kedua orang tuanya, tak jarang ia melakukan 'pemberontakan' dengan kabur dari rumah.
Karena sikapnya, ia selalu dibandingkan dengan sepupunya yang penurut dan rajin. Hal ini tentu saja membuat Jennifer berang dan justru berkata kalau orang tuanya lebih baik menolaknya sebagai anak. Puncak dari semua pemberontakannya adalah ketika kedua orang tuanya memutuskan untuk mengangkat Janette sebagai anak. Jennifer tidak lagi fokus pada kuliah kedokterannya dan justru terjerumus kedalam seks bebas.
Semua kejadian ini tentu saja tidak diketahui oleh kedua orang tuanya. Suatu malam, seseorang memasukkan obat kedalam minumannya. Ketika membuka mata, Jennifer mendapati ia terbangun di sebuah kamar hotel dengan seorang pria yang merupakan junior ayahnya. Entah bagaimana Janette mengetahui kejadian itu, membuat Jennifer harus berlutut memohon pada sepupunya untuk merahasiakan hal itu dengan mempertaruhkan semua miliknya.
Sialnya, sebulan kemudian, Jennifer menyadari kalau ia hamil.