Blurb
Ketika Kami tahu ibu ternyata menderita prognosis, aku dan faza meminta dr abram merahasiakanya, karena kuatir akan membuat ibu cemas, karena itu kekuatiran terbesarnya mengingat kami berdua.
Bersamaan dengan itu, faza lulus kuliah double degree di indonesia dan jerman ditengah kondisi ibu yang telah divonis hanya tinggal 4 bulan lagi waktunya yang tersisa. Padahal pengumuman itu telah lama faza tunggu , sehingga sulit baginya untuk membatalkannya.
Di tengah kebimbangan itu muncul Bram, sosok dari masa lalu ibu.
Bertahun-tahun mencintai dalam diam, Bram mengakui bahwa ibu adalah cinta sejatinya, dan kehadirannya kini bukan untuk menggantikan almarhum suami ibu, melainkan untuk memperjuangkan harapan yang dulu sempat terkubur.
Meski tak muda lagi, ia berjanji pada diri sendiri untuk tidak mencintai wanita lain, sebagai wujud kesetiaannya pada ibu.
Tapi diam-diam dr Bram juga menaruh hati pada ibu. Dengan semua pengorbanan dan waktu selama merawatnya Ibu juga merasa bimbang untuk menerima atau menolak setelah kehairan Bram.
Anak-anak ibu bingung, terombang-ambing antara memanjakan ibu yang tak punya banyak waktu atau merestui hubungan diantara dua orang yang mungkin bisa menghidupkan kebahagiaan ibu, meski sebentar.
Ibu pun ragu. Di satu sisi, ia tak ingin mengingkari kenangan manis bersama Bram; di sisi lain, ia merasa tak ingin egois terhadap anak-anaknya. dan tak memungkiri semua perhatian dr. Bram yang telah melahirkan benih-benih rasa,. setelah kehilangan suaminya.
Apakah ibu bersedia menerima permintaan Bram, ketika penyakit ibu kian parah dan Bram tetap bersedia menunggu, dengan kenyataan hidup yang tak panjang.
Semua masalah berkelindan Faza, harus meninggalkan ibunya dan Aisya memilih tidak memberitahu ibunya soal prognosis itu. Sebaliknya, Aisya menumpahkan cintanya dalam pentigraf yang ia buat setiap hari, sebagai pengingat dan penghibur di tengah bayang-bayang perpisahan.
Semakin habis waktunya semakin terasa sesak berbagi cerita dengan catatan itu, semakin terasa butuh kehadiran Bram atau dr. Abram karena Faza harus pergi. Apakah ini saatnya berterus terang?. Siapa yang akan dipilih Ibu, akankah Faza juga gagal berangkat?.