Blurb
Aku hanya seorang bocah yang takut akan mimpi.
Semuanya terlalu mustahil buatku.
Hingga sapu tangan biru itu terulur padaku. Poni panjang yang menjuntai ke dahinya melambai di sapa angin. Suara bising khas tempat pinggiran rel kereta api seakan terhenti dan berganti senyap.
Kulit putih itu sangat kontras denganku yang berkulit hitam. Pakaiannya bagus dan terlihat mahal untukku. Juga semerbak wangi dari tubuhnya membuatku semakin redup dan usang.
Ia tersenyum, menggenggam tanganku yang dekil.
Menghapus air mataku dengan sapu tangan biru itu.