"Mama, ... aku ingin pake hijab."
Ibuku hampir tersedak mendengarnya ketika sedang minum air putih dari gelas. Namun dengan wajahnya yang antusias di sela keriputnya yang terlihat di pipinya yang cukup kencang, membuat kekhawatiranku saat beliau tersedak jauh berkurang seketika.
"Ehmm … apa? hijab? Masya Allah ... anakku ...," ibuku tersenyum sumringah sambil mengelap bibirnya yang terciprat air minum saat tersedak tadi sambil hampir mau memelukku.
Namun aku mengelak, mengelak pelukan ibuku bukan karena tidak mau tentu saja, tapi karena malu dan beranggapan ekspresi ibuku terlalu berlebihan, apalagi soal hijab. Sensi-sensi gimana gitu.
"Maa, iih kan aku udah 25 tahun ah, biasa aja koq. Malah telat."
"Justru itu! mama hampir khawatir, di sisi lain mama ingin memaksa kamu karena itu jelas wajib, mama merasa bertanggungjawab gitu lho, apalagi bapak udah meninggal, kasian dia, tapi yah .... di sisi lain mama ingin kamu sadar sendiri, atas kemauan sendiri, mama akhirnya doa aja tiap hari," kata ibuku seraya membereskan sisa-sisa piring di meja makan bekas makan malam kami.
Deg! hatiku terenyuh seketika, ibuku walau tak aneh sebagai ibu, selalu mendoakanku walaupun kali ini untuk urusan akhirat, bukan soal kesuksesan dan soal duniawi lainnya. Seketika aku ingin menangis, tapi kutahan. Waktunya tidak tepat. Baru saja pulang kantor, capek, pikirku.
"Alhamdulillah, kamu berpikir seperti itu sebelum nikah. Besok pake hijab, lusa nikah ... hehehe ...," masih saja ibuku menyindir dengan candaannya.
"Aah, mama ... emangnya gampang?! Hehe ... "
Yah, ibuku memang seperti layaknya ibu-ibu lain di usia di atas 60an, pastilah ingin mengemong cucu. Ibuku khawatir jika aku tak kunjung berhijab, maka tidak ada lelaki shalih yang mau denganku. Apalagi diriku ini anak tunggal dan ayahku sudah meninggal 10 tahun lalu saat aku masih duduk di bangku SMP, jadi aku adalah satu-satunya harapan untuk memproduksi cucu atas bantuanNya. Oh ya, ayahku terkena serangan jantung saat main golf dan meninggal ketika sudah di rumah sakit.
~
Aku Dara, budak startup yang seolah tomboy padahal aku merasa tidak tomboy. Well, mungkin iya sedikit tapi unsur keperempuananku juga begitu banyak. Hanya saja sebelum aku ingin memutuskan untuk rubah menuju hijrah, aku adalah musisi, musisi indie tepatnya yang seolah semakin memperkuat bahwa diriku terlihat agak tomboy. Rambutku pernah pendek tapi tidak selalu. Sebagai musisi indie, jadi yah, tak terlalu banyak yang tahu seperti orang-orang mengenal band Noah. Tapi mungkin cukup sedikit saja diketahui setidaknya di beberapa ibu kota, karena laguku dulu sempat diputar di beberapa radio lokal bahkan internasional seperti di Inggris dan Perancis dan sempat juga melakukan tur secara independen keliling beberapa kota di Jawa. Panjang ceritanya dan sudah tak penting.
Namun beberapa tahun belakangan ini aku lebih sibuk bekerja.