Ta'aruf Online

Sinar Stories
Chapter #2

Jilbab syariku

“Hah … Dara! mau pake hibab?! Wah … masya Allah.” seru rekan kantorku, Sani tiba-tiba sambil menyatukan kedua telapak tangannya di depan dadanya dengan ekspresi sumringah dan terkesan. Yang tentu saja mengagetkanku. Ternyata dia tak sengaja melihat layar handphoneku sedang membuka aplikasi e-commerce tempat kami kerja sendiri, Beliapa.com. Tak bermaksud loyal pada perusahaan tempat kerja, tapi memang aplikasi ini terkenal di Indonesia dan aku bekerja di cabang Bandung-nya yang terletak di kawasan Dago.

“Ya laah, dah tua juga.” Aku menutupi malu seraya nyeruput kopi yang baru aja kupesan tadi via layanan antar makanan ojek online.

“Ngga dari dulu lu, baru sekarang haha … bercanda.” kata Sani dengan nada sedikit mengejek namun terlihat senang. Sani memang lebih dulu pake hijab.

“Kapan mau pake?”

“Yah, pas udah sampe lah barangnya.”

“Udah pesennya?”

“Udah, barusan.”

“Lo mau pake hijab syari?”

“Iya, insya Allah, San.”

Sani menatapku senyum. Walau dirinya tidak memakai hijab syari, tapi dia tampak mendukungku sambil mengangguk senang dan menepuk pundakku. Tak puas mengejekku sebagai rekan kerja dekatku, dia pun iseng kepo.

“Eh … mon maap nih, bukan karena masih galau, kan?” Sani penasaran sembari mengangkat kedua alisnya berkali-kali seolah berharap aku menjawab ‘iya’ kah? Hadeuh

“Mhhhh …,” aku melenguh dan menghela nafas panjang. Aku memang termasuk sulit bohong termasuk ke soal hal remeh temeh dan soal yang harusnya wajar jika bohong. Bisa saja kan kujawab tidak, toh aku mulai paham bahwa pacaran itu ngga boleh, ngga perlu, mengundang zina. Tapi rasa sakit itu seperti yang masih ada, setitik, setitik racun mungkin. Namun aku yakin alasan hijrahku bukan karena Raga! Alasan hijrah harus hanya karena Allah azza wa jalla semata. Supaya berkah.

“Ngga lah, Insya Allah nggaaa, Saniiiii …,” kataku sembari tersenyum dan mencoba meyakininya dengan tatapan seolah Sani ini ada-ada saja pikirannya, berharap dia percaya sehingga dia ngga usah tanya-tanya lagi.

“Baguslah.” balas Sani yang juga tersenyum serta mengangkat kembali kedua alisnya dan langsung melirik laptopnya dengan seketika seolah menyesal sudah bertanya soal itu.

Sani adalah UX Researcher yang satu tim denganku, jadi kami sering duduk bareng berdekatan walaupun workspace tempat kerja kami, tanpa sekat apapun sehingga karyawan pada dasarnya bebas duduk dan kerja dimana saja tempatnya.

Di hari yang sama pukul 19.45 WIB

Ada rasa antusiasme tinggi di malam ini sehabis mandi ba’da magrib tadi lalu disambung sholat isya, ketika aku meng-scrolling laman e-commerce Beliapa.com dan sesekali ke aplikasi sebelah Tokokami.com sambil melihat-lihat pakaian kerudung sembari rebahan di atas kasur kamarku yang baru saja diganti spreinya dengan motif bunga-bunga hijau putih dan desain modern ala Scandinavian.

Aku sudah membeli gamis dan khimar syari yang sesuai syariat. Walau masih agak sedikit bingung dengan pemilihan bahannya. Konon setelah searching-searching, yang enak dipakai itu bahan wollpeach grade A dan atau jetblack yang tipis.

Pakaian yang sesuai syariat tersebut dalilnya adalah sebagai berikut;

Lihat selengkapnya