Ta'aruf Online

Sinar Stories
Chapter #10

CV Ta'aruf

"Eh, apaan tuh, Ra?"

Sani tak sengaja mengintip layar laptop milikku dari kursi sebelah kiriku di ruang kerja kantor yang luas itu.

"CV, ya? ... Hah? mo pindah? ... gara-gara Rony bukan?" suara Sani memelan dan berbisik di bagian akhir yang berisikan pertanyaan sok tahu nan polos.

"Bukaaaaan ..."

"Lha, terus?"

"Ya CV, sih tapi ..."

"Apa?" Sani belum begitu ngeh bahwa ta'aruf pun bisa menggunakan CV sebagai informasi perkenalan.

"Buat ... itu ...," Aku mencoba meneruskan jawabannya dan wajah Sani yang suka kepo menjadi semakin penasaran.

"CV ta'aruf." jawabku pelan.

"....", Sani menatap sebentar berpikir sekaligus memasang wajah merasa tak enak dan menyesal sudah nanya berhubung sempat terjadi kisah antara aku dengan Rony dimana Sani sempat jadi perantaranya.

" ... Ooooww ... yaya ...ngerti, ngerti.", Sani mengangguk mantap tetapi sambari mengalihkan pandangannya kali ini fokus memandang ke layar laptop miliknya namun masih dengan ekspresi tidak enak.

"Eh, gue ke toilet dulu, ah." Sani berusaha mengalihkan situasi karena tidak ingin membuatku, temannya ini khawatir menjadi sedih mengingat perihal tawaranku pada Rony yang tidak bersambut. Walaupun sebenarnya aku sudah tidak sebaper itu. Pemahamanku akan tauhid membuatku lebih mudah untuk berusaha ikhlas dan rida lebih cepat terhadap segala ketentuanNya. Apalagi cara ta'aruf ini juga tidak perlu buang waktu dan perasaan seperti pacaran. Namun Sani masih menganggap tingkat kebaperan ta'aruf sama dengan pacaran. Mungkin bisa jadi sama, tergantung perasaan masing-masing. Tapi jelas jalan proses ta'aruf atau tanpa pacaran itu lebih praktis dan tidak bertele-tele pada hal yang belum pasti.

Jam istirahat kantor sudah berlangsung, Sani masih di toilet. Dan setelah bulak-balik baca CV, aku pun berniat untuk sedikit menambahkan dan mengedit CV nya. Tak lama Rony melewatiku dari belakang sembari membawa sebuah buku catatan kecil dan pulpen yang entah untuk mencatat apa, dan sepertinya hendak bergegas ke cafetaria untuk makan siang. Dan karena format CV itu sangat khas tidak seperti layar saat membuka chat atau pekerjaan, maka Rony pun seperti yang spontan melirik ke layar laptopku yang berukuran 16 inch tersebut dimana memang cukup besar untuk dilihat, maka seketika Rony pun spontan menghentikan langkahnya. Rony tersadar bahwa itu CV dan seperti yang sudah memiliki praduga kuat sebagai ikhwan, bahwa dia seperti sudah menduga sepertinya itu CV ta'aruf karena memang diberi judul dengan bertuliskan Ta'aruf hehe ... Aku pun sadar seketika karena di layar laptopku terlihat sedikit sebuah bayangan laki-laki yang kukenal itu. Spontan diriku melihat ke belakang, dan Rony pun langsung bergegas dengan kikuk segera beranjak ke cafetaria.

Aku sempat shock dan kembali terngiang seketika mengenai momen ketika di Masjid saat dimana waktu aku menawarkan diri namun ditolak. Namun aku buru-buru mengingatkan diri dalam hati, bahwa ini semua qodarulloh dan juga termasuk Rony yang terhenti langkahnya di belakangku tadi, sudah ketentuanNya pula. Aku ber-husnudzan (berperasangka baik) bahwa Rony tidak bermaksud kepo dan hanya spontan saja karena sebagai ikhwan yang shalih tentu seharusnya apa-apa yang dilihat cukup tidak perlu berlebihan untuk dipikirkan apalagi jika sekiranya itu akan menyakiti orang lain (ya, dalam hal ini orang lain itu, 'aku', sih). Dan memang aku yakin Rony hanya spontan berhenti di belakangku. Aku menghela nafas panjang menenangkan diri agar diri ini tidak panik dan tidak berlarut-larut overthinking apalagi untuk hal-hal yang telah usai.

~

Subject: Penawaran Kerja Sama Mentoring UX Design

From: amel@kotakkreasi.com

Lihat selengkapnya