TAAJ (2)
Ketika minggu lalu masjid-masjid mengumumkan permohonan bantuan doa bagi kiai Fadhol, di seluruh Lemah Abang menyebar banyak desas-desus dan keresahan.
Keluarga Kiai Fadhol dari Darul Faizin kaya-raya dan dermawan. Mereka menguasai bukit hingga hutan kecil di selatan lembah. Pondok, peternakan dan lahan pertanian mereka menghidupi seperlima penduduk Lembah dari Banyuagung di utara, hingga wilayah Sumber di selatan. Selama duaratus tahun lebih, kisah kehebatan dan kekayaan keluarga tersebut adalah legenda setempat. Bukan kekayaan saja yang membuat Daarul Faizin tersohor, tetapi juga kesaktian para pengasuhnya menimbulkan kekaguman.
Cerita tentang Kanjeng Kiai Alif yang tidak mempan peluru, genggaman tangan Mbah Kaji Amil yang bisa berubah sebesar rumah dan masjid pondok zaman Mbah Kiai Asror yang tidak hancur meski ditembaki meriam adalah kisah kepahlawanan paling awal yang diceritakan tiap orang tua pada anaknya. Ketika kaum muda menganggap cerita itu tak lagi lebih dari dongeng kosong belaka seabad kemudian, publik dikejutkan lagi dengan pertarungan tangan kosong Gus Syam, kangmas kiai Fadhol melawan tiga orang berkelewang di sawah Tegalan dan selentingan kenakalan Gus Asrori putra sulung Pak Kiai Ma'ruf membobol gembok belakang GOR kecamatan untuk menikmati pertandingan bola bermodal fatihah belaka.
Tentang kesaktian Kiai Fadhol yang sekarang memegang tampuk pimpinan pesantren, publik tidak pernah melihat sendiri beliau beraksi, namun sudah jamak diketahui bahwa tidak satupun orang atau santri bisa mencuri lele di kolam Gus Anas tanpa esoknya masuk puskesmas. Konon anak angkat Abah Yai itu juga mendapatkan wirid warisan leluhur untuk diamalkan. Hampir seribu santri tinggal bersama, Daarul Faizin selalu aman.
Di masjid pondok puncak bukit itu, kopiah kuyaha sama efektifnya dengan cctv. Penghuninya juga terkenal ramah dan sama ringan tangannya dengan orang biasa. Yang paling membuat kagum dari Kiai Fadhol adalah rambut beliau yang hitam pekat meski usianya sudah enam puluh lewat. Beberapa orang -terutama yang berusia di bawah beliau namun sudah berambut putih, terlihat lebih tua dan tidak sekaya itu, -menganggap Gusti Allah tak adil.
Enak sekali kok ada orang yang tetap terlihat awet muda, alim, bijaksana, terhormat, punya kekayaan luar biasa dan katanya sakti mandraguna. Tapi sejauh ini tidak pernah ada masalah; dan karena Kiai Fadhol sekeluarga sangat dermawan, orang-orang mau memaafkan dan menahan lidah atas keberuntungan beliau. Kiai Fadhol sekeluarga bergaul baik dengan tetangga, memiliki banyak pengagum dan dengan senang hati sering mengalah pada adiknya. Sudah menjadi rahasia umum bahwa kedua ndalem pernah bersitegang karena Anas kecil; Pak Ma'ruf jugalah yang menghuni ndalem kasepuhan, menolak pindah rumah sepeninggal Mbah Kiai Asror.
Jadi ketika kiai grapyak nan ganteng itu jatuh sakit, lidah bergoyang ramai sekali di desa terdekat, Banyuagung. Desas-desus tentang penyebab sakit dan seberapa parah kondisi beliau merayap dari satu telinga ke telinga lain. Setelah berlalu beberapa hari; belum adanya kabar pulihnya sang kiai membuat mendung gelap menggantung makin dekat.
Nah pagi itu saat Volvo cabriolet yang dikendarai Taj melesat di jalanan Banyuagung dan mendaki bukit , banyak kepala otomatis menoleh. Lemah Abang bisa dibilang kecamatan di perbukitan yang jauh dari kabupaten. Jangankan wanita memegang setir belakang kemudi, volvo itu saja akan selalu menarik perhatian karena bentuknya yang berbeda dengan mobil lainnya yang biasa berlalu lalang di jalan jika pengemudinya pria. Apalagi sekarang Taj mengendarai mobil dengan kap diturunkan. Shade lebarnya keren menutupi sepertiga muka, pashminanya melambai terkena angin pagi.
Banyak yang bertanya-tanya artis ibu kota mana datang sepagi ini berziarah atau minta doa namun tak malu-malu menunjukkan kemewahannya. Bagaimanapun juga Banyuagung terletak di kaki bukit pondok. Sebagian gedung madrasah juga beragam fasilitas pondok menjulang diantara rumah-rumah penduduk. Ngebut di jalanan desa tak ubahnya ngebut di area pondok atas Bukit sana.
Ora patut.