Suara ringkihan ayam yang beradu membangunkan tidur pulasku. Begitulah walaupun tinggal diperumahan kelas menengah tetap saja para tetangga suka sekali memelihara ayam.
Alhasil dari sekolah sampai sekarang aku tidak memerlukan alarm handphone untuk bangun.
Aku menggeser gorden jendela dan melihat kalau matahari pun masih enggan muncul.
"Sayang, aku udah di airport ya."
Pesan itu masuk. Aku menatap foto yang baru saja dikirim Alden. Dia sudah berada di ruangan bandara.
Hati siapa yang tidak bahagia melihat sang pujaan hati akhirnya akan segera bertemu.
Seyakin itukah Alden sampai dirinya memilihku untuk menjadi wanita halalnya? aku dengannya baru saja memulai hubungan pacaran namun aku berusaha untuk tetap menguasai diri manatau ini hanya jebakannya.
Jeremy yang tanpa mengetok pintu dahulu langsung menyergap ke tempat tidurku,
"Disuruh Mama beresin rumah baru mandi biar kita jemput pacarmu itu."
Pagi ini memang aku sengaja untuk tidak ingin berdebat dengan Jeremy perihal asal nyelonong masuk kamar karena aku ingin hari ini semuanya damai dan tenang.
Aku menjulurkan lidahku ke arah Jeremy sambil menjitak kepalanya lalu kabur ke luar kamar.
"Ih ...!." Teriak Jeremy meraung kesakitan.
Sembari menyapu rumah aku menilik Mama yang sedang asyik masak sambil ditemani lagu era 80-an kesukaannya.
"Bahagia amat nih."
"Orang tua mana coba yang tidak bahagia anaknya sebentar lagi mau menikah? Walaupun ya telat."
Sindiran mama sedikit membuat aura wajahku sedikit berubah namun tidak ada yang salah dari perkataannya.
"Jodoh,maut gak ada yang tahu kapan datang ma."
"Benar, tapi kan kalau kamu beda. Kamu yang terlalu pemilih."
Aku mendengkus,
"Lebih baik telat daripada cepat tapi ujung-ujungnya gak bahagia Ma."
Aku buru-buru menyelesaikan pekerjaan rumah agar tidak lagi mendengar balasan jawaban Mama karena pasti akan selalu ada perdebatan.
Wanita selalu benar.
***
Alden sedang santai menunggu jam penerbangannya tiba.
"Senyum terus ya mentang-mentang sebentar lagi ketemu pacar."
Alden menoleh kebelakang lalu tersenyum,
"Shift pagi Lid?"
Lidya Ariska salah satu pramugari terseksi incaran hampir seluruh pilot namun memilih untuk tetap berada di sisi Alden,pria yang dicintainya namun tidak bisa dimiliki karena perbedaan agama dan suku.
"Iya, kamu seyakin itu dengan dia? bisa aja kan nanti gak cocok!"
"Aku pernah dengar katanya kalau menikah itu gak ada yang cocok tapi belajar untuk saling mencocokkan diri."