"Hai,sayang" ucap Alden lembut dengan balasan pelukan kearahku.
Aku terpana. Di hadapanku terpampang makhluk Tuhan paling pas menurut kacamata hatiku.
Tinggi, postur badan yang macho ditambah caranya memeluk membuatku lupa sudah berapa lama tidak merasakan sentuhan lelaki.
Alden mengibaskan tangannya ke wajahku yang membuyarkan lamunan,
"Ser... "
"Kamu harusnya setengah jam yang lalu kan sampai?" Alihku.
Alden mengangguk.
"Aku daritadi sengaja pengen lihat kaku dari kejauhan."
Jawaban Alden menggelitik hatiku.
"Ehem!"
Jere berdehem kencang menunjuk ke bagian perutnya.
"Hai Jer." Alden membalikkan badannya lalu menepuk pundak Jere.
"Hai bang. Kalian masih mau bermesraan dulu atau dilanjut ntar dirumah?soalnya perut udah nyanyi nih!"
Ingin rasanya kujitak kepala Jere namun tertahan karena setidaknya aku harus kelihatan seperti perempuan lembut dihadapan Alden.
Alden dan Mama tertawa melihat tingkah Jere.
"Kita makan di mall ya,soalnya Mama juga sekalian belanja bulanan."
Kami berjalan menuju mobil yang tengah terparkir.
Mama dan Jere berjalan duluan didepan kami berdua seperti memberi kode untuk menikmati waktu berdua.
Alden dengan sigap menggandeng tanganku lalu tersenyum berbisik,
"Kamu cantiknya kelewatan."
"Dih gombal !" sahutku yang ragaku sendiri sedang mengambang ke langit karena pujian Alden.
Aku tergelitik melihat situasi didalam mobil. Alden memang harus duduk didepan karena badannya yang tinggi bak keturunan bule lalu kursi yang terdorong agak kebelakang agar kakinya muat.
Jere yang paham melihat wajahku berbisik pelan,
"Kayak raja dan kurcaci kalian berdua kak."
Aku menoleh ke Jere lalu memonyongkan bibirku kesal.
***
"Halo."
Dera mengangkat telponnya yang tidak lain dari Tristan.
"Maksud status Sera apa, Der ?"