TABLE FOR TWO

Bentang Pustaka
Chapter #3

2

TING!

Denting timer oven membuatku langsung meletakkan majalah kuliner yang sedang aku baca dan berlari menuju dapur. Aku sudah tidak sabar melihat kue buatanku! Masih belum punya mood mengerjakan skrip-shit, eh, skripsi, tadi pagi aku memutuskan untuk mencoba resep terbaru yang aku temukan di internet, oatmeal pumpkin muffin.

Sedetik setelah aku membuka pintu oven, aroma manis yang khas dari labu kuning langsung mengisi dapur. Aroma yang berhasil membuatku tersenyum lebar. Kemungkinan besar kueku berhasil! Penuh semangat aku mengeluarkan loyang yang penuh dengan muffin dan memindahkannya ke rak pendingin. Sekarang aku hanya harus menunggu muffin-muffin itu dingin sebelum mencicipi rasa dan kelembutannya.

“Akh!” Hampir saja aku menjatuhkan loyang bekas muffin karena terkejut mendengar dering smartphone yang aku kantongi.

Setelah meletakkan loyang ke tempat cuci piring, aku memeriksa smartphone-ku. Ternyata Mama yang menghubungiku melalui WhatsApp.

Mama: Cha, ke klinik, ya.

Sekarang.

Sejak aku kuliah, aku bekerja paruh waktu di Tiny Tots. Tapi, semester ini aku memutuskan untuk berhenti. Aku ingin fokus mengerjakan skripsi setelah semester lalu gagal menyelesaikannya. Aku terlalu asyik di Tiny Tots dan juga di kelas dasar pastry yang aku ikuti.

Asha Chandraningtyas Gunawan: Ngapain?

Aku, kan, udah nggak kerja lagi, Ma.

Tidak perlu menunggu lama, pesan balasan dari Mama masuk.

Mama: Kasihan Rama dia kesepian di klinik.

Omooo! Aku tertawa membaca pesan balasan dari Mama. Sejak aku curhat tentang Kak Rama, Mama selalu mencari kesempatan untuk menggodaku. Seperti sekarang, misalnya. Aku yakin bahwa itu bukan alasan sebenarnya Mama memintaku datang ke Tiny Tots.

Mama: Mama mau ngajak kamu dinner, Cha.

Udah lama kita nggak dinner bareng.

Asha Chandraningtyas Gunawan: Lagi malas keluar rumah, Ma.

Aku nggak bohong. Sejak Jakarta semakin macet, aku jadi malas keluar rumah, kecuali ada hal yang sangat penting atau aku tidak perlu menyetir mobil sendiri. Membayangkan kemacetan dan pegal setelahnya selalu membuatku membatalkan rencana keluar rumah.

Mama: Sekalian nonton, deh.

Kamu naik taksi aja. Ntar Mama ganti.

Asha Chandraningtyas Gunawan: Beneran?!

Lihat selengkapnya