Tabungin

Shireishou
Chapter #11

10. Kalau Bulan Bisa Ngomong, Mending Kabur Nggak, sih?

Bukan Jakarta namanya kalau tidak dilalui dengan kemacetan luar binasa. Iya, binasa banget karena mampu bikin Bapak yang paling benci mengantre menekan klakson berulang.

“Istighfar, Pak!” Ibu hanya bersantai di kursi penumpang sambil memainkan gawainya. 

Yudhis santai nyemil pisang di kusi paling belakang, sementara Bima masih sibuk memberi riasan ke wajah adiknya. No make up, make up. Bagaimana caranya Juna kelihatan ganteng, tapi nggak kelihatan sedang menggunakan make up

Bima adalah cowok yang punya prinsip, untuk cosplayer laki-laki boleh pakai skincare lengkap, tapi make up seperlunya saja. Yang penting harus tetap terlihat jantan sesuai dengan tokoh yang diperankan. Dia tidak berani crossplay seperti Ibu. Bima takut. Perasaannya tidak nyaman meski beberapa kali teman-temannya mengajaknya untuk ikutan crossplay sebagai ajang seru-seruan dan tantangan, tapi Bima selalu menolak. Bima ingin cosplay menjadi cowok gagah saja. Tidak yang lain.

Setelah merentas kemacetan di pagi yang sebenarnya masih cerah itu, mereka tiba di tempat acara. Parkirnya memang agak jauh dan mereka berlima harus berjalan menuju tempat acara. 

“Masyaallah hari ini cerah banget!” Ibu memandang langit yang biru tanpa secuil awan. Lapangan parkir memang banyak ditumbuhi pepohonan rindang yang cukup membuat sejuk.

“Baju Ibu emang cocok dipakai di suasana seperti ini. Putih kinclong macam iklan sabun cuci baju dengan pemutih!” Bapak mengangkat jempolnya yang langsung dipukul Ibu dengan kipas tangan.

“Ini putih bersih karena baru dua kali dipakai!” Ibu mengibaskan lengan baju panjangnya.

Harus diakui, pakaian yang Ibu kenakan cocok untuk acara hari ini. Ibu mengenakan hanfu tiga lapis berwarna putih. Perpaduan bahan katun, sifon, dan satin silk membuat pakaian tradisional China itu terlihat sangat elegan. Apalagi tubuh semampainya berpadu jilbab putih panjang berlapis menambah kesan cantik. 

“Bu, jadi MC-nya kami gimana?” usul Bima yang langsung mendapat pelototan Bapak.

“Ibu punya Bapak! Bapak yang harus gandeng Ibu!” Pria paruh baya yang malah mengenakan kemeja batik untuk kondangan pernikahan itu langsung menyelipkan tangannya ke lengan Ibu dan menariknya ke dekat badan. Posesif.

“Idiih .. udah tua masih posesif!” ledek Yudhis sambil tertawa.

“Biarin! Bapak mau posesifin Ibu sampai ke surga firdaus!”

Langsunglah semua cuitan muncul dari bibir ketiga putra mereka. 

“Yuk, kita kemon!” Bapak langsung menggunakan bahasa djadoel purba untuk mengajak ketiga anaknya bergerak ke exhibition hall tempat acara berlangsung.

“Masyaallah….” Bapak langsung terpesona melihat apa yang terpampang di hadapannya. “Beda banget sama event cosplay zaman dulu, ya?”

Di pintu hall, ada noren tergantung. Kain merah mencolok terbentang dari kiri ke kanan dengan tinggi sekitar 80 cm itu bertuliskan hiragana irrashaimase yang berarti selamat datang. Ada banyak sekali standing banner tokoh-tokoh game juga anime / manga. Para Booth creator pun sudah bersiap menjajakan dagangannya dengan penuh semangat. 

Yang paling menakjubkan adalah panjangnya antrean!! 

“Ini kita mau antre sembako apa gimana?” Juna menyusuri antrean yang mengular nun jauh ke belakang. 

“Ini sih, mending kita makan dulu di mana kek! Nanti siangan, paling udah kosongan,” usul Yudhis yang langsung mendapat persetujuan semua orang. Tidak mungkin dua orang paruh baya harus dipaksa berdiri untuk mengantre di tengah kerumunan orang. Lebih baik duduk santai entah di mana.

***

Sesuai dugaan, antrean sudah selesai setelah kelimanya selesai makan. Hebatnya, Bima sama sekali tidak terganggu meski beberapa orang jelas mencuri-curi pandang padanya yang mencolok dengan wig putih. Tanpa menunggu, kelimanya pun masuk ke arena yang sudah dipenuhi orang-orang.

Bapak yang pertama masuk menggandeng Ibu penuh kasih. Menjaganya agar tidak tertabrak para pengunjung yang cukup padat merayapi hall tempat mereka kini berada. 

Yudhis, Bima, dan Juna berjalan beruntun di belakangnya. Namun, baru beberapa langkah, Bima langsung menoleh ke belakang.

Lihat selengkapnya