Tabungin

Shireishou
Chapter #33

32. TAMAT

Hampir tengah malam ketika mobil Bapak dan Bima memasuki garasi. Ibu bahkan masih mengenakan jilbab malam itu, agar secepatnya bisa keluar menyambut Bapak di pintu gerbang. Wanita itu tampak berbinar bahagia ketika melihat Bapak turun dari mobil. Tak menunggu lama, dia langsung menghambur ke pelukan Bapak dan mendekapnya erat-erat.

“Jangan kayak gitu lagi, Pak!” Kali ini terdengar isakan.

Bapak merasakan hatinya menghangat. Dia pun langsung memeluk tubuh Ibu yang terasa sedikit gemetar. Bulan purnama yang menggantung di langit tampak lebih bersinar, seolah menyoroti perasaan hangat yang mulai memenuhi hati mereka. Namun, di dalam hati Bapak, ada perasaan lega yang sangat. Dia bersyukur masih bisa kembali ke rumah, ke keluarganya. Namun, dia akan menyembunyikan kejadian sebelum di kedai. Rahasia tentang pikirannya yang hampir saja membawanya ke ujung yang gelap malam itu di jembatan. Ia memilih untuk menyembunyikan kenyataan yang hampir saja terjadi di jembatan tadi. Tidak ada gunanya membuat keluarganya cemas lebih dari yang sudah terjadi. Ia ingin menjadi penopang bagi mereka, bukan beban.

Bapak tersenyum tipis dan membalas pelukan itu. "Maaf, Bu. Bapak hanya jalan-jalan sebentar, angin-angin malam." Dia sedikit berdusta. 

Ibu menarik tangan Bapak masuk ke rumah. Kedua anaknya menyusul. Yudhis masuk ke rumah tak lama sesudahnya. 

Mereka akhirnya duduk di sofa ruang tamu. Yudhis diminta Ibu membuatkan minuman, tapi Bapak berkata kalau dia sudah kenyang. 

“Maafkan Bapak sudah melakukan kesalahan bodoh yang malah menghancurkan semua tabungan yang sudah susah payah kita usahakan.” Bapak menarik napas berusaha menjelaskan.

“Memang yang Bapak lakukan itu bodoh, tapi bukan berarti nggak bisa dibenerin.” Ibu tersenyum tipis. “Ibu memang syok usaha keras Ibu nyaris tiga bulan full jadi sia-sia.”

Bapak menunduk dalam merasa hatinya kembali tersayat.

“Tapi, dari semua kekecewaan, Ibu justru paling takut kehilangan Bapak.”

Suara Ibu barusan membuat Bapak kembali mendongak.

“Bapak sudah banyak mengacau.” Bapak memainkan ujung jemarinya. “Bapak tidak berguna bagi kalian.”

“Bapak nggak sadar, ya?” Juna tiba-tiba angkat bicara. “Ide Tabungin ini punya siapa?”

“Yang mengulek bumbu kacang kebanyakan siapa?” Yudhis menambahkan.

“Yang melakukan delivery order selain Bima, ya, siapa, Pak?” Bima ikut bicara.

Ibu merengkuh jemari Bapak dan meremasnya penuh kasih. “Bapak banyak membantu selama ini. Membantu dalam keheningan. Tidak terlihat mencolok, tapi selalu hadir di saat paling penting. Lalu kenapa merasa nggak guna?”

Bapak tak menjawab.

“Kita bisa mengumpulkan uang lagi. Kita bisa cari tempat wisata yang lain yang lebih terjangkau. Atau tetap ke Bunaken, tapi tidak dalam waktu dekat dan nggak harus melihat pelepasan tukik.” Ibu terus mengoceh. 

“Tapi, kalau masih lama, Ibu ngamuk bakalan…. AUUUUW!” Juna menjerit ketika Bima menginjaknya dengan kekuatan penuh.

Lihat selengkapnya