Tabut Tuhan di 98

Raz Aka Yagit
Chapter #2

Bab 2 : Gabby Si Pengacara

Koh Ah Tian masih terlihat enggan untuk membukakan pintu bagi sang tamu tak kenal waktu. Beberapa kali ia menanyakan siapa yang ada di balik pintu rumahnya, dan ada urusan apa bertamu. Setahun belakangan Koh Ah Tian memang menjadi sangat tertutup. Ia sudah jarang bersosialisasi, hingga ia sendiri lupa kapan terakhir kali ada tamu yang berkunjung ke kediamannya.

"Saya Koh, Gabby," jawab pria di balik pintu.

"Gabby siapa? Maaf, tapi aku tidak kenal Anda siapa. Ada urusan apa ya?"

"Biarkan saya masuk dulu Koh. Bagaimana bisa saya memperkenalkan diri sementara Anda sendiri belum membukakan pintunya. Kita harus bicara, Koh Ah Tian."

Koh Ah Tian berpikir sejenak. Ia enggan membukakan pintu bukan karena ia takut, tetapi hanya karena tak ingin menjamu sembarang tamu ke dalam rumah, apalagi tamu yang tidak ia kenal baik. Dari suaranya saja Koh Ah Tian sudah bisa mengetahui kalau ia tidak mengenal pria yang ada di balik pintu tersebut. 

Sementara saat ini pun bukanlah jam normal bagi seseorang untuk bertamu. Namun Koh Ah Tian sadar, semakin lama ia berdiri di depan pintu, semakin kurang adab pula dirinya kepada seorang tamu. Demi tetap menjaga nilai keluhuran itu, dengan terpaksa Koh Ah Tian harus membukakan pintunya. Bisa saja orang itu sedang membutuhkan bantuan atau semacamnya. Begitu pikirnya.

"Akan kubukakan, sebentar," Koh Ah Tian turun ke kisi dekat pintu. Bunyi gemeretak terdengar ketika ia membuka tiga lapis grendel yang mengunci teralis pintunya.

Teralis dibuka, Koh Ah Tian perlahan membuka kunci grendel pada pintu utama. Hanya setengah dari pintu ia buka. Koh Ah Tian melongokkan sedikit kepala ke luar, mencoba melihat siapa pria yang sudah mengetuk pintu kediamannya.

Koh Ah Tian mendapati seorang pemuda berambut klimis rapi, memakai pakaian jas formal berwarna hitam serta dalaman putih lengkap dengan dasi. Ternyata benar, bukan salah satu orang yang pernah dikenal olehnya. Pemuda itu langsung saja menyunggingkan senyum di hadapan Koh Ah Tian. Koh Ah Tian sedikit melebarkan lagi pintunya.

"Selamat malam Koh. Maaf jika mengganggu," sapa pria itu.

"Tidak apa-apa. Tapi maaf, Anda siapa ya? Dan ada urusan apa kemari? Ada yang bisa dibantu?"

"Tadi kan saya sudah memperkenalkan diri Koh. Nama saya Gabby," jawab sang pemuda.

"Ya, Nak Gabby. Ada apa?" 

"Apa tidak sebaiknya kita bicara di dalam saja, Koh?" 

Koh Ah Tian tampak terheran dan kebingungan. Ia belum paham betul untuk urusan apa sebenarnya sang pemuda itu datang bertamu ke rumahnya. Tapi dengan nada bicara yang santai dan ramah, pemuda itu malah langsung meminta masuk ke dalam rumah Koh Ah Tian agar mereka dapat bicara. Pemuda tampan ini ingin membicarakan apa? Benak Koh Ah Tian berisi tanya. 

Koh Ah Tian sudah sangat terkejut di malam hari seperti ini diketuk pintu oleh seorang pria asing tak dikenal. Pemuda yang ramah, berpakaian khas eksekutif muda. Terlihat begitu formal.

"Mau membicarakan apa ya? Maaf Nak, tapi aku belum pernah mengenalmu sebelumnya," ujar Koh Ah Tian. "Kamu salah alamat mungkin."

"Tidak, tidak," sahut pemuda itu menggelengkan kepala sambil tetap menyunggingkan senyum manisnya. "Saya jelas tidak salah rumah Koh. Ini benar rumah Koh Ah Tian, kan? Toko buku Abdullah? Dan Anda sendiri adalah Koh Ah Tian, benar?" tegasnya.

Koh Ah Tian mengangguk ringan. "Ya, aku Ah Tian. Ini benar Toko buku Abdullah, atau dulunya."

"Jadi saya tidak salah rumah. Saya memang ingin menemui Anda dan bicara dengan Anda, Koh Ah Tian. Sebenarnya maksud kedatangan saya kemari, adalah untuk perkara yang teramat genting, Koh."

"Perkara genting apa?" tanya Koh Ah Tian semakin heran. Ia kenal orang ini saja tidak.

"Saya adalah utusan. Maksud saya ... bahwa profesi saya adalah seorang pengacara, Koh."

Lihat selengkapnya