Alunan musik islami diputar dengan lumayan keras di sini sehingga terlihat begitu meriah. Makanan dan minuman juga tak ketinggalan. Bagusnya lagi, makanan kesukaanku tersedia. Tapi, aku tidak bisa serta merta ikut membaur senang dengan mereka yang sudah larut menyantap makanan karena aku masih saja berada dalam rasa bersalahku yang rasanya seperti terombang-ambing.
Sekarang aku sedang ada di rumah Kyai Kiflan bersama dengan Mohrah, Kifid, Tijah, dan orang-orang lain yang tak kukenal. Tentunya ini karena paksaan. Harusnya aku tidak ada di sini, tapi Mohrah tetap kukuh ingin mengajakku ke tempat ini yang tak tahunya juga didukung oleh Ibu. Ini benar-benar menjengkelkan.Â
"Kamu mau minum?" tanya Tijah tiba-tiba yang akhirnya membuat lamunanku buyar.
"Enggak deh," sahutku dengan muka masam.
"Yakin gak mau minum es legen?" celetuk Mohrah menggoda dengan membawa 2 gelas es legen di tangannya.
Aduh, kali ini lidahku tidak bisa menolak. Bagiku, es legen ini adalah minuman paling enak yang pernah aku minum. Eh, tapi seharusnya aku tidak boleh tergoda. Oke, aku akan tetap berada dalam pendirianku dengan tidak menerima seteguk minuman pun dari sini.Â
"Gak," jawabku sambil menggeleng mantap.Â
"Yakin?" godanya lagi. Tapi maaf Mohrah, mungkin kali ini aku tidak akan tergoda dengan minuman segar itu.
"Gak." Gelengku cepat.
"Ya sudah, aku habiskan sendiri." Mohrah berpaling lalu bersila bersama Kifid dan Tijah sembari bergaya ala bersulang. "Bismil—" Belum selesai Mohrah membaca basmalah, aku sudah menyela.
"Aku mau," rengekku. Ya, kali ini aku sudah kalah total.
"Ambil sana," sahut Mohrah.
"Harus kamu yang ambilkan," balasku lalu menyengir.
Mohrah hanya memasang raut wajah tanpa ekspresi yang bisa kuartikan jika dia mengalah. Yeay, akhirnya dia mau mengambilkan es legen untukku. Kalau begini, rasanya senang sekali. Dan mungkin bisa sejenak membuatku lupa dengan permasalah Ayah tadi.Â
Eh Ayah, aku rindu ....
"Ini," celetuk Mohrah sambil menyodorkan segelas es legen yang langsung membuatku meneguk ludah.
"Makasih banyak, Moh!" seruku girang sembari menerima gelas berisi es legen dari tangannya.
"Ya, Rah."Â