Sore ini aku berada di langgar. Udara terasa bersahabat. Aku sangat menikmati sore ini. Tidak ada tugas rumah yang diberikan Ibu padaku sehingga aku bisa tenang-tenang di sini sambil menikmati segelas air gula. Jika dipikir-pikir, tumben sekali Ibu tidak menyuruhku bersih-bersih. Tapi ya bagus lah, aku juga tidak mengharapkan tugas bersih-bersih itu.
Pikiranku juga sudah agak tenang perlahan. Aku masih terus berusaha agar berpikiran positif dan tak membebani pikiranku dengan hal-hal berat semacam itu. Sudahlah, intinya aku hanya ingin aku kembali seperti dulu yang belum pandai menebak-nebak dan membuat teori konyol.
Aku melirik ke arah latar yang berlantai dan mendapati bahwa semua orang di sana sedang sibuk. Ada yang menyiapkan dekorasi, menggelar tikar, menata buah-buahan dan camilan ringan. Sepertinya akan ada tamu.
Karena penasaran, aku menghampiri Kak Sarinah yang kini tengah sibuk membersihkan tikar dengan dapu lidi yang dibawanya.
"Kak, ada tamu kah?" tanyaku pada Kak Sarinah. Anehnya, ia tak menjawab dan malah bertatapan. "Akan ada seseorang yang ke sini, Rah."
"Siapa?" tanyaku dengan membulatkan mata.
"Tunggu saja," jawab Kak Sarinah. Sepertinya mencurigakan.
Aku berbalik badan meninggalkan Kak Sarinah yang masih sibuk membersihkan karpet. Tunggu, sepertinya aku lelah dan butuh istirahat. Ya aku harus istirahat sebentar, toh tadi siang aku juga tidak tidur gara-gara bantu-bantu di rumah Mohrah.
Aku berjalan lesu menuju kamarku. Sesampainya di kamar, aku langsung merebahkan diriku di kasur. Tidak ada yang tahu jika aku di sini. Tapi tak apa, aku malah jadi lebih tenang jika tidak ada yang menggangguku. Lagipula jika memang ada tamu, itu mungkin adalah tamu teman jauh Ayah atau Ibu, jadi tidak ada sangkut-pautnya sama sekali denganku.
"Hoaammm." Aku menguap lebar yang membuat mataku juga mengeluarkan air mata. "Lebih baik aku tidur sekarang saja," lanjutku.
Tak butuh waktu lama, dalam hitungan menit pun aku sudah bisa tertidur, hm ... mungkin sih.
Mataku sudah terasa sepat. Oke, aku akan terlelap seketika.
Satu, dua, tiga. Selamat tinggal sementara dunia. Jangan khawatir, nanti magrib aku juga akan bangun.
***
"Rah, bangun." Suara itu mengusik diriku saat aku sedang enak-enaknya tidur sambil bermimpi.
"Iya nanti," jawabku sambil memeluk guling semakin erat.
"Bangun dulu, Rah." Lagi-lagi ia mengganggu.
"Nanti magrib janji bangun kok," sahutku lagi dengan nada malas.
"Hei, bangun sebentar!" balasnya dengan agak sedikit membentak sambil memukul pantatku.
"Hei, sakit!" balasku juga dengan sedikit membentak.
"Makanya melek bentar," sahutnya.
Untuk memenuhi ucapan oknum itu, aku terpaksa membuka mataku yang sebenarnya masih sangat sepat dan masih belum siap untuk dibuka. Setelah aku membuka mata, rupanya oknum menyebalkan yang mengganggu tidurku adalah Kak Sarinah. Aku yakin itu dia, ya ... meski pandanganku belum sepenuhnya jernih. Kak Sarinah sangat ... uh, menyebalkan sekali.
"Ada apa sih?" tanyaku dengan nada sebal sambil terus mengerjapkan mata untuk menjernihkan pandangan.
"Melek yang bener dulu," geramnya sambil menggoyahkan bahuku.