Tahu-tahu Jodoh

anonymous pout
Chapter #18

Aku yang Beranjak Dewasa

Malam ini aku sulit tidur. Bagaimana tidak? Tentunya aku masih memikirkan perihal perjodohan tadi. Entah sejak kapan tradisi perjodohan ini diadakan, intinya semenjak tradisi ini diadakan, aku adalah salah satu orang yang menentang ini, atau mungkin ... satu-satunya orang. 

Kalau dipikir-pikir, sepertinya aku tidak akan pernah suka pada Mohrah. Sejauh ini, hubungan kami hanya sebatas sahabat, itu pun kami bersahabat tidak hanya berdua, masih ada yang lain.

"Rah, belum tidur?" celetuk Kak Sarinah sambil meregangkan badannya. Ah, pertanyaannya membuat aku bingung hendak menjawab apa. Tidak lucu jika aku bilang kalau aku masih memikirkan soal perjodohan, bisa-bisa aku diinterogasi 7 hari 7 malam olehnya.

"Eh," sahutku yang masih gugup. Belum sempat aku menjawab dengan jelas, Kak Sarinah sudah kembali pada mimpinya. Ah, syukurlah kalau begitu. Hm, rupanya Kak Sarinah hanya mengingau. 

Aku menghembuskan napas lega. "Selamat juga," ucapku pelan sambil memegangi dadaku yang sepertinya sudah hampir copot.

Kini detak jantungku sudah kembali normal. Dan artinya, aku bisa kembali fokus pada topik pemikiran tadi. 

Jika besok aku dan Mohrah bertemu, apa kita akan tetap bisa bermain seasyik hari-hari kemarin? 

Jika besok aku dan Mohrah bertemu, apa kita akan canggung? Atau malah memilih untuk membahas rencana konyol orang tua kita ini? 

Jika nantinya aku dan Mohrah tetap tidak bisa menentang perjodohan ini, lantas ... bagaimana?

Beribu pertanyaan timbul di benakku. Tapi apakah aku bisa mendapat jawaban yang pasti atas pertanyaan-pertanyaan yang tadi? Ah, kurasa tak mungkin. 

Sebentar, sepertinya aku merasa haus. Oke, aku memang haus. Tapi aku tidak berani keluar sendirian malam-malam begini.

Aku meneguk ludah karena haus. Tapi nyatanya, memang tegukan ludah ini tidak bisa menghilangkan rasa haus. Cara macam apa ini, meneguk ludah agar rasa haus hilang. Mana ada yang seperti itu? Ini lucu sekali. Oke lah, ini cukup menghiburku di saat-saat seperti ini. 

Ketawanya ditahan dulu, aku masih haus. Sebenarnya, bisa saja aku membangunkan Kak Sarinah, tapi aku tidak tega jika mengganggu tidurnya. Ini artinya aku harus keluar sendiri. 

Lihat selengkapnya