Tahu-tahu Jodoh

anonymous pout
Chapter #2

Rencana Ayah Ibu untuk Kak Sarinah

Petang ini aku sudah berada di langgar rumah guru mengajiku, kami akan belajar mengaji bersama-sama. Aku sudah duduk manis mengenakan mukenah sambung berwarna putih tulang yang jika kupakai terlihat kebesaran, tapi hanya ini satu-satunya mukenah yang ada. Aku ingin protes dan ingin bertukar mukenah dengan Tijah, teman mengajiku. Aku iri dengannya karena ia selalu mendapat mukenah yang aku inginkan. Aku selalu datang terlambat dan membuatku harus memakai mukenah ini, karena hanya ini yang tersisa di gantungan mukenah langgar ustad. 

"Tijah, ayo tukar mukenah," protesku sambil menarik tangan Tijah. 

"Kalau kamu mau pakai mukenah ini, datang yang awal, jangan terlambat." Tijah menarik tangannya dari genggamanku dan mulai mengoceh.

"Yah, dasar pelit." Aku membalas dengan tatapan sengit sembari memalingkan wajah darinya dan memilih tempat duduk yang jauh dengan tempatnya.

"Assalamualaikum," ucap Ustad Ramli tiba-tiba yang membuatku kaget. 

"Waalaikumsalam," jawabku diikuti teman-teman lain.

"Ayo kita mulai mengajinya," lanjut Ustad Ramli dengan suara berwibawa. 

"Bismillaahirrohmaanirrohiim." Kami mulai mengaji dengan khusyuk dan khidmat.

Aku suka sekali saat mengaji karena setelah mengaji aku bisa bermain dengan teman-teman yang jarak rumahnya jauh dari rumahku. Biasanya setelah mengaji kami bermain dulu di halaman rumah Ustad Ramli. Kami sering mencari tanaman yang bisa digunakan untuk bermain petasan, terkadang aku dan teman perempuan lain memetik daun pacar di depan rumah Ustad Ramli untuk dihaluskan dan digunakan layaknya pacar kuku. 

"Shodaqallaahuladziim," ucapku bersamaan dengan teman-teman lain saat kami menyudahi mengaji hari ini. 

"Langsung pulang atau bermain dulu?" tanya Ustad pada kami. 

"Kita main dulu ya Ustad, gak apa-apa kan?" balas Noya polos. Ustad Ramli mengangguk. 

Lihat selengkapnya