Tahu-tahu Jodoh

anonymous pout
Chapter #3

Acara Perjodohan Kak Sarinah

Aku terbangun dari tidurku dan melihat Kak Sarinah masih tidur dengan nyenyak di sebelahku. Aku mengedipkan mata karena pandangan agak sedikit kabur. Setelah pandanganku mulai jelas, aku menengok ke arah Kak Sarinah dan melihat ada bekas tetesan air mata di pipinya. Aku mengusap air mata yang masih terasa basah di pipinya. 

"Allahuakbar, Allahuakbar!" Panggilan untuk solat telah dikumandangkan oleh Ayah dari langgar masjid. 

"Kak, ayo solat." Aku menggoyahkan bahu Kak Sarinah.

"Ehm, udah subuh ya?" tanyanya lalu menguap.

"Udah kak, ayo solat." Aku turun dari kasur dan berjalan menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu bersama Kak Sarinah lalu diam di langgar menunggu anggota keluarga lain datang untuk solat subuh berjamaah.

"Kak, kenapa nangis?" tanyaku saat melihat Kak Sarinah sedang menangis.

"Gak apa-apa," jawabnya sambil mengusap air mata di ujung mata indahnya. 

"Kak, Satirah udah besar, Satirah tau kalau Kakak lagi sedih, Kak Sarinah bisa cerita ke Satirah tentang masalah Kakak." Aku menjelaskan. 

"Ayo ke sana." Kak Sarinah menggandeng tanganku dan mengajakku duduk di pojokan langgar.

"Nanti kakak mau dilamar oleh seseorang, tapi kakak gak suka sama orang itu." Kak Sarinah menjelaskan sambil sesekali menahan tangis. 

"Kenapa gak suka?" tanyaku ingin tahu.

"Pokoknya ada sesuatu yang gak kakak suka dari orang itu," jawabnya.

Aku mengangguk, "Terus kenapa semua nangis tadi malam?" tanyaku lagi.

"Semuanya kecewa dengan keputusan kakak untuk menentang perjodohan ini." Kak Sarinah masih tetap menangis.

"Yang sabar ya kak, tapi Satirah minta maaf karena belum bisa kasih solusi," ucapku kalem.

"Gak masalah kok, cerita ke kamu aja udah bikin hati kakak lumayan plong." Kak Sarinah mengusap air matanya. 

"Ya udah, ayo solat," ajakku pada Kak Sarinah ketika semua anggota keluarga telah berkumpul di langgar dan siap untuk solat berjamaah.

"Ayo." 

Kami sekeluarga solat berjamaah bersama di langgar rumah dengan khusyuk. Semua orang sudah siap dengan baju terbaiknya lengkap juga dengan wangi-wangian yang disemprotkan ke baju. 

"Nak, habis ini kamu mandi dulu ya," ucap Ibu sambil membelai rambutku setelah selesai solat berjamaah.

"Acara lamarannya jadi, Bu?" tanyaku.

"Iya sayang." Ibu mengangguk lalu tersenyum. 

"Kak." Aku berpaling pada kakakku yang kini wajahnya terlihat sendu.

"Gak apa-apa," balasnya sambil memaksakan senyum.

Aku turun dari langgar dan berjalan menuju kamar untuk mengambil handuk. Sesampainya di kamar aku masih mengobrak-abrik area kamar untuk mencari handukku yang hilang entah kemana. 

"Aduh, handukku mana sih?" tanyaku sebal pada udara kosong yang bergerak di depanku.

"ck, handukku punya kaki ya?" decakku sebal. 

"Cari apa sih?" tanya Kak Sarinah yang tiba-tiba masuk ke dalam kamar dan membuatku kaget.

"Handukku hilang kak," ucapku mengadu.

"Handukmu sudah dibawakan Ibu di langgar tadi," sahut Kak Sarinah.

"Kenapa gak bilang dari tadi?" tanyaku kesal.

Lihat selengkapnya