TAK ADA YANG lebih congkak dari waktu. Waktu tak pernah peduli, dia berjalan terus ke depan tanpa sedia berhenti sebentar supaya mereka yang sedang senang bisa merasakannya sedikit lebih lama, atau mereka yang gamang bisa punya waktu berpikir lebih lama. Andaikata bisa mengendalikan waktu, aku termasuk kelompok yang kedua. Aku ingin terus mengulur waktu agar bisa berpikir lebih lama.
Tak ada yang lebih disiplin dari waktu. Waktu tak pernah peduli, sebanyak-banyaknya manusia ingin mengulurnya, dia tetap datang pada saatnya. Kian hari, kian usia kami memanjang dan kian dekat saatnya keputusan itu harus kubuat.
Jelang setahun sejak percakapan dengan Tua Pendeta di ruang tengah rumahnya, aku belum tahu harus apa. Aku menimbang banyak hal, kami atau mereka, keluarga besar kami sekarang atau keluarga kecil kami nanti, masa lalu atau masa depanku. Dan semakin sering aku menimbang, kadang muncul keraguan pada Aina, tapi pada saat yang sama aku semakin mencintainya.