HUBUNGAN MAMA DAN Aina membaik setelah malam rekonsiliasi itu. Aina tak sungkan lagi datang ke Rumah Sakit Bersalib bersamaku dan selalu gembira saat akan bertemu mama.
Aku bingung sekaligus heran. Ya, mereka membaik mungkin karena R., tapi mereka yang semakin hari semakin dekat itu membuatku bertanya-tanya. Lebih-lebih, teori ngidam orang mati Om Jam Tangan kadang-kadang membuatku takut.
Sempat kutanya kepada Aina. Aina menjawab, “Bukan cuma R. yang bisa akrab sama mama. Aku juga bisa.”
“Tapi, kenapa?”
“Rahasia.”
Giliran mama yang kutanya, mama menjawab dengan wajah berseri, “Aina anak manis.”
“Tapi, kenapa? Waktu aku pergi beli sate dan mama sama Aina di sini, apa yang sebenarnya terjadi?”
“Tanya sama Aina,” mama menjawabku acuh tak acuh.
Tak ingin repot dengan hal remeh, semua itu kuanggap angin lalu saja karena merekatnya hubungan mereka adalah yang terpenting. Teori ngidam orang mati pun lalu begitu saja.
Hari-hari berjalan menyenangkan sampai sore itu.