SEKIAN PULUH MENIT lewat, pesan singkat dari Aina muncul.
· Mas aku udah selesai. Kamu masih di sana? – Aina.
· Masih. – Aku.
· Kamu takut di apartemen sendirian yaa mas? – Aina.
· Nggak. – Aku.
· Semalam aku dengar suara itu lagi tapi suara anak kecil. – Aina.
· Aku nggak mau ke apartemen kamu lagi. – Aku.
· Takut yaa? – Aina.
· Cepat ke sini! Udah seminggu, loh. – Aku.
· Kangen yaa? – Aina.
· Jangan banyak tanya! Buruan! – Aku.
· (Beberapa emoji lidah terjulur). – Aina.
· Udah deket. – Aina.
Aku segera menyingkirkan kotak sigaret lalu meminta pelayan untuk mengangkat asbak dan cangkir kopi dari meja. Hari itu terlalu indah nan cerah untuk mendengar seminar kesehatan.
Aina tiba beberapa menit kemudian. Sedari pintu masuk, senyum semringah Aina sudah mengembang, tapi air mukanya berubah jadi penuh curiga serta ketus setelah melihat ampas kopi di meja dan mungkin aroma sigaret yang menyembur keluar saat aku bicara dan saat bibirku ada di keningnya untuk protokol jumpa.