AKU TERJEBAK KEMACETAN ketika pulang ke rumah. Saat motorku masuk ke pekarangan rumah, Aina sedang sibuk dengan tanaman hias. Penampilannya lucu, celana tidur pendek milikku itu kedodoran; kaus hitam bergambar tengkorak band metal milikku itu juga kebesaran untuknya. “Kok lama banget, Mas?” Aina tolak pinggang. Sarung tangan kuning itu juga kebesaran.
“Macet,” kataku, turun dari motor, dan langsung mendekatinya untuk protokol jumpa.
Aina menjauh. “Kotor, Mas. Aku keringetan.”
Kuraih kepalanya dan mencium rambutnya. “Mau aku bantu?”
“Mama bilang jangan sampai kamu pegang tanaman-tanaman ini, katanya kamu benci sama mereka. Ini tanggung jawab dari mama. Nggak boleh bikin calon mertua kecewa,” katanya dengan keangkuhan penuh.
Aku tertegun mendengar kata mertua. Aina benar-benar berharap aku menikahinya.