Tak Ada Cinta, Kecuali Jakarta

E. N. Mahera
Chapter #32

Tarak

AZAN SUBUH YANG membangunkanku. Perlahan-lahan kulepaskan pelukannya, bangkit dengan hati-hati, dan tetap berdiri, aku memandanginya yang terbaring di atas kasur. Baju tipis berlengan sejari dan celana yang amat pendek itu membuat sesuatu di dalam tubuhku menyala-nyala. Lengan dan punggung, serta seluruh pahanya terpampang nyata. Kuakui, dia punya daya tarik badani yang luar biasa. Walaupun dia satu-satunya kekasihku yang belum pernah telanjang di hadapanku, aku bisa membayangkan bentuk setiap ‘perangkat’-nya. Tampak luarnya saja, yoga menunjukkan keberhasilannya dengan lengkungan sekitar pinggang dan perut yang aduhai. Lebih-lebih, di balik busananya yang kekurangan kain, tak ada apa-apa lagi. Mengamatinya dengan penuh pengandaian membuat aku sadar bahwa wanitaku itu sempurna sedari bentuk. Laksana gawai, tampak di mata saja perangkat kerasnya jaminan mutu, pula dimutakhirkan setiap waktu. Aku memang belum sempat membongkar perangkat keras di dalamnya kala itu, tapi aku berkeyakinan, sudah pasti piranti-pirantinya masih sempurna. Mustahil bila gawai kelas wahid dibentuk dari barang rongsokan.

Subuh itu, jika aku membangunkannya dan meminta-nya, aku yakin dia tak akan menolak. Namun, karena sudah beberapa kali bibirnya bergetar saat kami hampir saja melakukannya, aku memutuskan untuk bertarak saja. Saat-saat itu aku selalu berhasil melawan sisi binatang dalam diriku. Dan aku kadang memuji diriku sendiri saat memikirkan fakta bahwa aku sanggup bertarak lebih dari tiga tahun. Aku sendiri heran, apa alasan aku bisa mahir menahan sisi kebinatanganku itu? Satu-satunya kemungkinan penjelasan masuk akal adalah R.  

Pada beberapa kesempatan, termasuk malam yang baru saja lewat, aku selalu bisa menghentikan ciuman kami bila sudah terlalu liar. Dan untungnya dia tak berkata-kata setelahnya, tak pernah memprotes; tak juga pernah ‘meminta’ atau berisyarat kalau dia menginginkannya. Meski ada rasa canggung setelahnya, kami tak pernah membicarakannya. Kami seakan sepakat dalam diam, bahwa ranjang kami akan tetap bersih sebelum pernikahan. Pernikahan yang sebenarnya masih kuragukan akan terjadi.

Lihat selengkapnya