PAGI ITU, KEBANYAKAN keluarga Aina sudah pulang ke kota masing-masing, hanya tinggal Aina, ibu, ayah tirinya, dan aku.
Aina menyambut ketika aku keluar dari kamar Mbah dan langsung mengajakku makan dan minum kopi sebelum meninggalkan Kota Solo. Aku harus segera pulang siang itu karena sore nanti mama keluar rumah sakit. Namun, pagi itu Aina murung. Saat menemaniku di meja makan, Aina tak bicara. Sampai setelah piring dan cangkir kopiku diangkat dari meja, Aina berkata, “Mas, jadi ngomong sama ibu?”
“Aku sendiri ‘aja, ya!” Kataku, ragu-ragu. Saat itu, aku merasa inilah saatnya, antara kami berpisah atau menikah.