Tak Ada Cinta, Kecuali Jakarta

E. N. Mahera
Chapter #51

Maaf

MULUT KAMI TERKUNCI sampai tiba di bandara, sepanjang jalan Aina menyandarkan kepalanya di jendela dan menatap keluar, wajahnya tetap basah, rambutnya tak beraturan meski beberapa kali kurapikan.

Di parkiran bandara, saat hendak turun dari mobil, kuraih kepalanya agar mendekat dan mencium keningnya. Saat itu, Aina seolah mayat hidup yang tak bertenaga, dan melihatnya begitu, mataku berkaca-kaca, tapi aku terus berusaha agar bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Aku berusaha bersikap seolah-olah aku ingin perpisahan kami cepat terjadi. Sebelum benar-benar meninggalkannya di mobil, aku berkata, “Nana, terima kasih banyak ‘udah bantu ‘ngurus mama selama ini. Salam buat Mbah, ya. Tadi aku belum sempat pamit. Bilang ke Mbah, ‘terima kasih banyak’ ‘udah terima aku selama ini dan ‘maaf’ kalau ada kata-kata yang kurang sopan tadi subuh. Dan ‘maaf’ aku nggak bisa tepatin janji sama Mbah.”

Aina tak bergerak dan menunduk.

“Sayang, sekali lagi, terima kasih banyak. Dan maaf. Maaf karena—.” Kata-kataku macet. “Maaf,” kataku begitu saja lalu sigap membuka pintu dan keluar dari mobil tanpa memandang lagi ke belakang. 

Lihat selengkapnya