Tak Apa Belum Sembuh

Kelisyum
Chapter #4

Ketika Doa Tak Langsung Menjawab

Hari itu, langit mendung tapi tak juga hujan. Udara diam, seperti menahan sesuatu. Aku duduk di lantai kamar dengan sajadah terhampar, Al-Qur’an terbuka di samping, dan segelas air yang sudah dingin. Aku baru saja selesai shalat zuhur, tapi hatiku terasa kosong. Doaku panjang, tapi suaraku lirih. Bahkan air mata pun seakan enggan turun.

Aku tidak tahu lagi harus berkata apa kepada Tuhan. Sudah terlalu sering aku berdoa, meminta kekuatan, meminta jawaban, meminta petunjuk tapi hari-hari tetap terasa berat. Luka tetap menganga. Sesak tetap mengendap. Aku merasa seperti berjalan dalam gelap yang tak berujung. Setiap doa kulangitkan, tetapi langit terasa bisu. Hati kecilku mulai lelah, mulai bertanya-tanya: apakah ada yang salah denganku? Ataukah doaku tak cukup kuat untuk menembus langit?

“Kenapa ya, Nek…” tanyaku saat sore tiba. Kami duduk berdua di dapur yang hangat oleh uap wedang jahe. “Aku berdoa, tapi rasanya Tuhan diam saja.”

Nenek mengaduk pelan gelasnya. “Apa kamu ingin Tuhan menjawab sekarang, dengan cara yang kamu mau?” tanyanya tanpa menghakimi.

Aku diam...Pertanyaan itu seperti cermin yang memantulkan keegoisan kecil dalam doaku. Mungkin aku terlalu sibuk memaksa jawaban, lupa bahwa doa bukan selalu tentang mendapatkan, tapi tentang melepaskan.

Lihat selengkapnya