Rumah Tua Tengah Hutan
Langkah mereka semakin masuk kedalam tengah hutan. Tidak ada sedikit pun perkataan yang terucap dari mulut mereka berdua. Langkah demi langkah mereka lalui sampai ketika dari kejauhan tampak rumah tua kecil yang di sana. Bisma yang melihat itu sontak bertanya kepada Rimba.
"Itu rumahmu?" Bisma bertanya sambil terus memperhatikan rumah itu.
"Ya, itu rumahku. Aku tinggal berdua bersama kakek, Jalil Gunoso. Itu namanya."
Semakin dekat, sampai akhirnya mereka sampai di hadapan rumah itu.
"Kek, ini aku membawa orang yang dari dulu Kakek tunggu kehadirannya."
Tak lama dari rimba berkata itu, pintu tua perlahan terbuka. Pria satu abad dengan janggut putih di dagunya sambil membawa tongkat di tangan kanannya. Ia tersenyum dan mengangguk pelan—mempersilahkan mereka untuk masuk.
Rumah yang hanya ruang tamu dan satu kamar itu menjadi tempat tinggal Rimba dengan kakeknya. Bisma dan Rimba langsung duduk di ruang tamu yang kemudian disusul Kakek Jalil.
"Selamat datang di rumah tua tengah hutan rimba, cucu dari sahabatku, Jaksa Atmaja." Kakek Jalil menyambut sambil membungkukkan badannya —memberikan rasa hormat kepada Bisma.
"Bagaimana bisa ini dinamakan hutan Rimba sedangkan nama kau juga Rimba?" Bisma menunjuk ke arah Rimba.
Rimba di situ hanya menundukkan kepalanya saja sambil menahan mulutnya untuk tidak mengeluarkan sedikit pun tawanya. Kakek Jalil yang mendengar itu, langsung menatap tajam ke arah Rimba.
"Yang benar saja kau heh, Jaka! Jangan sedikit pun kau berbohong apalagi sampai melukai keturunannya Jaksa Atmaja."
"Aku pikir tadi dia orang asing yang sedang memburu juga."
Kakek Jalil yang mendengar itu hanya menggelengkan kepalanya saja melihat tingkah laku Jaka yang mengarang namanya menjadi Rimba.