Tak Kunjung Penantian

muhamad Rifki
Chapter #4

Bab 3—Kembali tetapi Bukan Dirinya


Kembali tetapi Bukan Dirinya

Delapan tahun berlalu setelah kejadian terbunuhnya Kakek Jaksa, para warga kampung tetap menjalankan aktivitas sehari-harinya—mulutnya seperti dibungkam, tidak ingin kasus itu menyebar luas ke kampung lainnya. Salah satunya adalah Cinta dan Dewi. Gadis cantik yang gemar sekali berkebun untuk membantu keluarganya. Mereka terlahir bukan dari keluarga yang kaya-raya, terkadang jika ingin makan, mereka harus menjual hasil berkebun dulu baru bisa mendapatkan satu piring nasi dan lauk. Hari demi hari berganti, namun tidak dengan kertepurukan keadaan ekonomi keluarga Cinta dan Dewi. Sampai suatu ketika, kampung Damai Asri dibuat gempar oleh kedatangan 4 mobil mewah dari kota. Para warga mulai satu per satu keluar dari tempat huniannya untuk melihat ada apa di luar sana.

Mobil pertama berhenti lalu diikuti oleh ketiga mobil yang juga berhenti. Mobil pertama membuka pintu mobilnya, keluar dua orang berbadan besar menggunakan kacamata hitam lalu disusul oleh satu orang menggunakan jas rapih dan kacamata hitam. Melihat sekitar, warga sudah mulai berdatangan, lalu satu orang ini berseru kencang.

"Hei warga kampung Damai Asri, aku mempunyai kabar gembira untuk kalian." 

Para warga saling tatap satu sama lain.

"Jika kalian ingin merubah hidup keluargamu, aku memiliki penawaran untuk kerja bersamaku di Amsterdam sana. Aku memiliki perusahaan kayu yang sangat besar di sana."

"Hai kau, gadis cantik. Apakah kau mau ikut denganku? Namaku Arda, hidupmu akan terjamin." Pria itu menunjuk ke arah Dewi yang saat itu sedang bersama Cinta.

Ayah Dewi yang mendengar itu, terdiam. Menatap lamat pria itu. Tidak mungkin, tidak mungkin ia kembali.

"TIDAK, TIDAK ADA YANG BOLEH MEMBAWA ANAKKU!" Teriak Ayah Dewi membuat semua mata kini tertuju padanya.

Pria itu menurunkan kacamata hitamnya, menatap tajam ke arah teriakan itu, kemudian tersenyum tipis.

"Tenang saja tuan, kau boleh mengantarnya sampai bandara. Kupastikan anakmu akan aman bersamaku."

Ayah Dewi tak bergeming sedikit pun—hanya omong kosong yang dilontarkan oleh pendatang baru itu. Tak lama dari itu Dewi dan Cinta menghampirinya dan memegang tangan ayahnya.

"Ayah ... Aku tahu ini berat bagimu. Tetapi, aku ingin sekali mengubah nasib keluarga ini. Aku tidak memiliki sedikit pun rasa curiga kepada orang itu, aku yakin ia memang orang baik."Dewi berbicara, matanya penuh harapan—berharap ayahnya memberikan izin kepadanya.

Lihat selengkapnya