Tak Kunjung Penantian

muhamad Rifki
Chapter #9

Bab 8—Dia menepati Janjinya


Dia Menepati Janjinya

Sebuah mobil jeep berkapasitas 9 orang, berwarna hitam mengkilat tiba di terminal. Pintu kemudi mobil dibuka. turunlah satu orang yang telah lama Jaka tak lihat lagi wujudnya. Badanya masih besar, kekar, dan tinggi. Ya itu adalah Sempa. Ia datang seorang diri menjemput mereka berdua. Jaka dan Bisma langsung menghampirinya.

"Rimba! Bagaimana kabarmu?" Sempa bertanya, menjulurkan tangannya ke Jaka—berniat ingin menjabat tangan.

"Baik, Sempa. Senang bertemu pria yang sudah menepati janjinya." Jaka membalas juluran tangannya Sempa.

"Oh ya, ini temanku." Pandangan matanya Jaka mengarahkan Sempa kepada Bisma. "Bisma Atmaja namanya, pasti kau tak asing mendengar nama Itu."

"Keluarga Atmaja ... Wow. Aku sering mendengar nama itu. Sekarang aku bisa melihat wujudnya." Sempa langsung kembali menjulurkan tangannya kepada Bisma.

Bisma langsung membalasnya. Ia tersenyum kepada Sempa. Sejujurnya dalam hati kecilnya Sempa, ia sempat merasa keheranan dengan penampilan Bisma yang sepertinya tidak cocok. Ah lupakanlah, itu hari pertama ia bertemu dengannya. Jangan sampai membuat suasana yang tidak nyaman. Sempa langsung mengajak mereka untuk memasuki mobilnya. Mereka pun akhirnya memasuki mobil dan langsung pergi meninggalkan terminal itu. Di dalam mobil, Sempa mencoba membuka pembicaraan—memecahkan suasana keheningan di dalam mobil.

"Kalian sudah menunggu lama di terminal tadi?" Sempa bertanya, matanya sempat menoleh ke arah kaca spion tengah mobil.

"Tidak. Saat kami sampai, Jaka langsung meneleponmu." Bisma menggelengkan kepalanya.

Di sebelahnya, Jaka sedang asyik memperhatikan setiap sudut di dalam mobil itu. Karena ia penasaran, ia bertanya kepada Sempa.

"Ini mobilmu? Bagaimana bisa? Sedangkan kau saja sudah tidak bekerja untuk Arda," tanya Jaka kepada Sempa.

"Bukan-bukan ... Ini mobil temanku, Gandi namanya. Aku tak punya harta sebanyak itu kawan untuk membeli sebuah mobil ini."

"Gandi? Apakah ia juga pernah bekerja untuk Arda?"

"Ya, dia pernah. Saat kau sampai, kau akan tahu semuanya tentang dia."

Jaka mengangguk menutup pembicaraan. Sempa terus mempercepat mobil itu agar sampai ke tujuan. Ternyata perjalanan ditempuh waktu yang tak singkat. Sudah hampir separuh jam, namun mereka tak kunjung sampai. Sampai akhirnya Bisma kembali membuka pembicaraan.

"Bagaimana bisa waktu tempuh kau menjemput kami dan perjalanan ini sangat jauh berbeda?" Bisma bertanya kepada sempa—matanya tak jaran menatap jalanan yang mereka lewati.

"Ini melewati jalanan umum. Sedangkan saat aku menjemput kalian, aku melewati jalan pintas. Namun, jalannya terdapat banyak sekali bebatuan. Aku tak ingin membuat kalian tak nyaman dengan kondisi jalannya."

Lihat selengkapnya