Tak Kunjung Penantian

muhamad Rifki
Chapter #13

Bab 12—Ini Malam yang Tepat

Ini Malam Yang Tepat

Satu sisi yang berbeda, Pak Hadi semakin khawatir. Ia bertekad akan pergi menemui Kakek Jalil hari itu juga—bagaimanapun caranya. Namun ia harus menyelesaikan tanggung jawabnya sebagai kepala desa Kampung Damai Asri. Ia melayani para warga kampung yang datang kepadanya seharian itu.

"Rasanya jarum jam lambat sekali berputar jika ada resah yang dirasakan." Perasaannya masih sama—ia bergumam di teras rumah.

Sekian lama menunggu gelapnya langit, matahari tenggelam di ufuk barat. Lampu-lampu rumah sudah sebagian menyala. Begitupun lampu jalan yang sudah menerangi jalan. Namun permasalahannya kini adalah pada Bu Ayu. Ia akan curiga jika Pak Hadi keluar malam begitu saja. Pak Hadi bukan tipe orang yang gemar keluar malam. Ia malah lebih sering menghabiskan waktu pada malam hari bersama keluarganya di dalam rumah. Sambil menunggu cara ia dapat keluar dari rumah itu, Pak Hadi berinisiatif untuk membuat kopi hitam agar dirinya tak terlewatkan waktu malam yang ia tunggu ini. Tak membutuhkan waktu lama membuat kopi hitam itu, Pak Hadi membawanya dari dapur menuju ke ruang tamu. Ia duduk di sofa dan menaruh segelas kopi di meja hadapannya. Asap masih terus-menerus keluar dari segelas kopi itu. Suasana hening. Tak ada satupun suara manusia yang terdengar di ruang tamu itu. Suara hewan malam dan cicak yang ada di langit-langit ruang tamu itu yang kini memecahkan keheningan. Sedangkan Bu Ayu, entah sedang apa. Ia ada di dalam kamarnya, pintunya tertutup rapat tanpa celah untuk bisa melihat ke dalamnya.

Menunggu dalam diam di ruangan yang hening. Itu hal yang kini harus dihadapi oleh Pak Hadi malam ini. Pintu rapat itu kini mulai renggang. Dersik pintu kamar perlahan terbuka, disusul oleh langkah kaki yang perlahan melangkah maju keluar dari pintu itu. Wanita berpakaian rapih menggunkan tas—seperti ingin pergi ke sesuatu tempat. Ya, itu adalah Bu Ayu. Ternyata ia sedang merias dirinya di dalam kamar.

"Cantik sekali kau, Ayu," ujar Pak Hadi yang sedang meminum kopinya langsung berhenti dan menaruhnya di meja.

Bu Ayu tersenyum tipis dan pipinya mulai memerah. "Ah kau ini bisa saja. Aku ada janji dengan temanku. Kau jaga rumah ini ya, tak lama. Dua jam aku akan tiba lagi di rumah."

Pak Hadi tersenyum dan mengangguk. Lalu Bu Ayu terus pergi melangkah meninggalkan rumah sampai suara langkahnya tak terdengar lagi oleh telinga Pak Hadi. Inilah waktu yang tepat Pak Hadi untuk menyelesaikan tujuannya. Tak banyak waktu yang dimilikinya. Sebelum waktu dua jam tiba, ia harus lebih dulu sampai rumah dari Bu Ayu. Ia langsung menghabiskan kopi hitamnya dan langsung pergi meninggalkan rumah. Tak lupa ia mengunci pintu rumah agar tak ada satupun orang tak dikenal memasuki rumahnya. Kini langkah kaki pak Hadi terus terus berjalan menuju rumah tengah hutan yang sudah diceritakan oleh Bisma. Sampai akhirnya ia melewati antara perbatasan kampung dengan hutan. Pak Hadi melewati gapura yang menandakan itu adalah pintu masuknya menuju ke arah kawasan hutan. 

Lihat selengkapnya