Tak Kunjung Penantian

muhamad Rifki
Chapter #14

Bab 13—Alas Kaki yang Diselimuti Oleh Tanah Merah

Alas Kaki Yang Diselimuti Oleh Tanah Merah

Entah mengapa waktu terasa sangat pesat berjalan, padahal Pak Hadi dan Kakek Jalil belum sepenuhnya membicarakan tentang Bisma, Jaka dan keselamatan mereka berdua serta warga Kampung Damai Asri. Tak banyak waktu untuk Pak Hadi berdiskusi lebih banyak. Kini ia harus bergerak cepat untuk pergi keluar dari hutan ini dan kembali ke rumahnya.

"Waktu semakin singkat. Ia akan mengejarmu beberapa saat kemudian. Cepatlah pulang. Saat purnama jingga tiba, kita harus bertemu lagi di tempat yang berbeda. Relakan semua semua hal yang kau sayangi di dunia ini." Kakek Jalil menyuruh Pak Hadi untuk segera pulang dan memberikan pesan sebelum Pak Hadi meninggalkannya. 

Reaksi Pak Hadi heran. Tak mengerti apa maksud kalimat terakhir yang keluar dari mulut Kakek Jalil. Ia pun berdiri dan pergi meninggalkannya rumah itu—Kakek Jalil tetap berada di posisi semula, tak berpindah sedikitpun. Langkah demi langkah terus ia jalani. Perkataan Kakek Jalil membuat kepalanya seperti berputar-putar. Masih tak bisa mencerna apa maksud pesan tersirat dalam pesan itu. Ia terus mengikuti jalan yang tadi ia lewati—tampak bekas alas kaki miliknya masih sangat baru. Tak lupa juga ia melihat ke arah pemburu tadi yang ia lihat saat perjalanan menuju rumah Kakek Jalil. 

"Masih ada ternyata." Pak Hadi mulai terengah-engah. "Walaupun hanya angka, umur juga menentukan kondisi fisik." Pak Hadi membungkuk, memegang kedua lututnya.

Tak lama, Pak Hadi langsung merubah posisi tubuhnya. Ia kembali berdiri. Pikirannya terus ia isi dengan 'pulang lebih dulu'. Suara napasnya kini tak beraturan. Meski begitu, ia terus memaksakan tubuhnya untuk terus bergerak dan sampai ke rumahnya. Tak peduli dengan pemburu yang ada di dalam hutan ataupun ancaman lainnya. Masalah keberanian, ia masih memilikinya.

Srek! Srek!

Lihat selengkapnya