Seminggu Penantian
Tak butuh waktu lama untuk Bisma dan Jaka adaptasi dengan orang-orang yang baru dalam satu rumah. Mereka menghabiskan waktu untuk saling berdiskusi, mempersiapkan diri, dan membangun chemistry untuk menghadapi suatu masalah yang akan di hadapinya, tepat hari ini.
Bisma, Jaka, Gusto, Sempa, dan Gandi berada di lantai atas. Sedangkan Wawan dan rekannya sedang berada di ruang bawah tanah. Entahlah, Bisma dan Jaka jarang sekali melihat mereka pergi ke atas. Setiap pagi saat Bisma dan Jaka bangun tidur, suara dari bawah sudah terdengar seperti orang yang sedang mengerjakan suatu hal yang mereka tak tahu itu. Bisma bukan orang yang ingin tahu segala hal. Bukan berarti ia tak peduli dengan apa yang ada di sekitarnya, tetapi ia tak mau memperlambat proses yang sedang dikerjakan oleh orang lain bahkan kawannya sekali pun, termasuk Wawan—begitu pun Jaka.
"Hei, kawan. Kemarilah, aku telah memasak sarapan pagi untuk kalian." Gandi berseru, memanggil semua orang untuk menghampirinya.
Bisma dan Jaka saling menatap. "Ikuti saja apa perintah tuan rumah," ucap Bisma sambil tersenyum kecil kepada Jaka.
Mereka pun menghampiri seruan Gandi. Begitupun Gusto, Sempa, dan Wawan serta rekannya yang di bawah ikut bergegas naik menghampiri Gandi. Di ruangan tengah, sudah terdapat meja makan panjang dengan sepuluh kursi makan yang telah di tata rapih. Di meja makan panjang itu terdapat banyak sekali piring yang sudah dihidangkan berbagai macam makanan yang tampak enak sekali. Harumnya menusuk hidung—tak sabar untuk menyantap semua makanan itu.
"Silahkan duduk. Aku akan menjelaskan kepada kalian masakanku hari ini." Gandi mempersilahkan semua orang untuk segera duduk.
Yang lain hanya bisa mengangguk mengikuti perintahnya.
"Di hadapan kalian sekarang, ada berbagai hidangan yang akan kalian rasakan. Ada beberapa piring berisikan nasi goreng dengan potongan ayam katsu di atasnya. Irisan cabai di dalamnya dan juga potongan mentimun yang ada di pinggirnya. Lalu, aku juga menyiapkan beberapa sajian sandwich untuk kalian yang tak terbiasa memakan nasi di pagi hari. Roti tawar yang diisi dengan daging sapi, keju slice, selada, wortel kecil, tomat, telur dan juga saus tomat."
"Kau pengertian sekali dengan kami, Gandi," puji Jaka.
"Stttt. Pujian yang terlalu dini, kawan." Telunjuk Gandi ditempelkan dimulutnya—mengisyaratkan Jaka untuk tidak berbicara dulu. "Masih ada satu lagi yang belum aku jelaskan."
Jaka di situ hanya mengangguk-ngangguk saja mendengar jawaban dari Gandi—yang lain hanya tersenyum tipis melihatnya. Mereka menahan tawanya, tak ingin Gandi tersinggung melihatnya.
"Oke yang terakhir, ada minuman. Aku tak tahu selera kalian apa, jadi aku buatkan beberapa macam untuk kalian. Air putih jelas harus kalian dapatkan masing-masing. Aku telah membuat kopi hitam dari biji Luwak asli, teh hangat dengan campuran daun mint di dalamnya, dan juga ada susu hangat yang terbuat dari susu kambing premium yang di impor langsung dari Belgia."
Prok! Prok! Prok!