Kini Mereka Telah Berada di Tempat yang Sama
"Kecilkan suaramu!" Jaka menyuruhnya untuk lebih tenang.
Ternyata yang menyeretnya sampai menuju taman di halaman belakang rumah itu ternyata adalah Jaka. Tak hanya Jaka saja yang berada di sana, Bisma dan Gandi pun ada di dekatnya. Mereka menunggu momentum untuk masuk ke dalam rumah itu melalui pintu belakang rumah.
"Kau lihat itu! Jika tidak aku seret kau, mungkin sudah jadi bulan-bulanan mereka." Jaka menyuruh Sempa untuk melihat ke arah yang Jaka tunjuk.
Para penjaga lainnya ada yang sedang berkeliling di dekat mereka. Mungkin mereka sedang mencari rekannya yang sedang berjaga di daerah belakang rumah.
"Apa mereka tahu dua orang yang aku buat pingsan?" tanya Sempa.
Jaka menggelengkan kepalanya cepat. "Harusnya tidak. Mereka telah menyingkirkannya ke tempat yang susah di lihat oleh penglihatan penjaga lainnya." Jaka menunjuk ke arah Bisma dan Gandi.
Sempa menghembuskan napasnya—merasa tenang. Untungnya Jaka, Bisma, dan Gandi datang tepat waktu.
"Bagaimana keadaan di dalam?" Kini Gandi yang bertanya kepada Sempa.
"Aku juga tak tahu. Gusto dan yang lainnya sudah masuk ke dalam dari tadi."
"Ya sudah. Setelah penjaga itu meninggalkan area ini, kita langsung masuk ke pintu itu."
"Apa tak ada penjaga lagi di balik pintu itu?" Bisma masih dengan waspadanya terhadap penjaga Arda yang jumlahnya tak sedikit itu.
"Harusnya tidak ada. Aku masih ingat sekali tata letak rumah ini. Di balik pintu ini ada toilet dan ruangan untuk mengganti pakaian. Mungkin sekarang itu menjadi tempat untuk para tamunya Arda. Kita bisa menjadikan dua tempat itu sebagai alasan jika ada yang curiga kepada kita." Sempa masih sangat yakin sekali dengan ingatannya.
Gandi mengangguk setuju—ia juga tahu apa yang Sempa tahu tentang rumah ini. Bisma dan Jaka akhirnya mengangguk—menaruh rasa percaya kepada Sempa. Cukup lama mereka berada di taman itu, sampai akhirnya sudah tak terlihat lagi penjaga di dekat area itu. Dan mereka mulai melangkah mendekat ke pintu belakang. Gagang pintu Sempa tarik ke bawah secara perlahan untuk menimbulkan suara yang sangat kecil. Untungnya pintu itu tak dikunci. Mudah bagi mereka untuk masuk ke dalam rumah itu tanpa ketahuan oleh orang lain. Sempa kembali menutup pintunya dengan perlahan. Kemudian mereka berjalan ke ruang tengah rumah itu dengan santai seperti layaknya tamu undangan— tidak ada kejadian apa pun yang baru mereka lalui tadi. Mereka mencari tempat duduk kosong. Dan hanya tersisa satu meja dan tempat bangku kosong yang berada di ujung ruangan itu. Mereka pun langsung duduk di sana dan mulai memperhatikan sekelilingnya dengan tatapan yang biasa saja agar tidak menimbulkan kecurigaan dari orang lain maupun para pelayan dan penjaga yang berada di dalam rumah itu.
"Itu Gusto dan yang lainnya." Sempa berbisik, memberitahukan keberadaan Gusto dan yang lainnya.
"Ya aku juga sudah melihatnya. Jangan tatap mereka terlalu lama, biarkan saja mereka tak tahu posisi kita sudah berada di tempat yang sama dengan mereka." Gandi hanya takut Gusto dan yang lainnya memanggil mereka—membuat suasana pesta menjadi ricuh.
Menunggu waktu yang tak tahu kapan datangnya dan mereka belum melihat Arda atau keluarganya di tengah pesta itu, Gandi memutuskan untuk memesan beberapa minuman untuk dirinya dan yang lain. Gandi mengangkat tangannya—memanggil pelayan yang ada di sana.
Pelayan yang sehabis mengantarkan pesanan tamu lainnya melihat itu. Ia pun langsung segera menghampiri meja tempat duduk Gandi.
"Ada apa tuan? Apa tuan-tuan ingin memesan makanan atau minuman atau bahkan ingin meminta bantuan? Silahkan." Pelayan itu menanyakan keperluan Gandi dengan sangat ramah.
"Aku ingin memesan minuman. Aku ingin mocktail³ satu, apakah ada?"
"Ada tuan. Itu saja? Apa ada yang lain?"
"Aku ingin Foei Gras⁴ dan air mineral," Bisma memesan menu makanan dan minuman yang berbeda dari Gandi.
"Aku juga sama dengannya." Sempa tak ingin pusing—menyamakan pesanannya dengan Bisma.