Tak Kunjung Penantian

muhamad Rifki
Chapter #26

Bab 25—Mereka Memiliki Tujuan yang Berbeda

Mereka Memiliki Tujuan yang Berbeda

Tolong ... Tolong ... Tolong ...

Suara teriakan histeris meminta tolong sudah terdengar di berbagai arah. Namun Bisma dan yang lainnya tak menghiraukan suara itu. Target mereka satu, melumpuhkan Arda dan membawanya. Namun para penjaga rumah itu sigap melindungi tuan mereka. Para penjaga membuat formasi melingkari Arda dengan sangat rapat—mustahil bagi seseorang untuk menembusnya sendirian. Bisma yang melihat itu, mengangkat kedua alisnya—para penjaga itu siap melakukan apa pun demi Arda. Mereka tak kehabisan akal, Jaka berlari menuju lantai dua. Mengambil vas bunga yang terbuat dari keramik. Ia membuang bunga yang berada di dalamnya dan tanpa ragu lagi, Jaka langsung melemparkannya ke arah bawah.

Prak! ... Ctrang! Ctrang! Ctrang! 

Namun kekuatan vas bunga itu dapat ditelan mentah-mentah oleh salah satu penjaga sebelum akhirnya beberapa bagian dari vas itu yang sudah terbelah menjadi bagian yang lebih kecil ketika jatuh ke lantai.

"Boleh juga. Itu baru permulaan. Akan ada serangan berkali-kali yang jauh lebih hebar dari serangan pembuka ini." Jaka tersenyum melihat itu—ia pergi berlari lagi entah ke mana.

Bisma, Gandi, dan Sempa yang sedang berada di bawah, dapat melihat kejadian itu. Walaupun mereka bertiga sedang berpencar, suara pecahan itu menarik diri mereka untuk sejenak melihat kejadian itu. Arda yang melihat itu, kesal. Kini amarahnya sudah di titik puncaknya. Mereka menyuruh para penjaga untuk mencari semua orang yang mengganggunya. Ia tak perlu untuk dijaga lagi. Kini Arda dapat terlihat dan tanpa perlindungan apa pun. Itu membuat Jaka semakin buas terhadapnya. Suasana pesta tak bisa lagi di kontrol. Semuanya sibuk untuk menyelamatkan dirinya masing-masing. Banyak juga dari tamu undangan yang berlarian dan terjatuh karena menabrak satu sama lainnya. Itu juga yang membuat para penjaga kesulitan untuk mencari para penyusup pesta itu karena banyak sekalian kerumunan orang di dalam rumah itu yang berbondong-bondong berusaha untuk keluar dari rumah itu.

***

Gusto dan yang lainnya berhasil keluar dari rumah itu lebih dulu. Mereka melihat sekitar dan tanpa mereka sadari, Anto perlahan mulai mengeluarkan benda kecil yang ada di kantong bajunya.

Nit! Nit!

Sensor salah satu mobil yang terparkir di halaman rumah itu berbunyi karena Anto menyalakannya menggunakan kunci yang telah ia pegang.

Gusto yang melihat itu terkejut ketika salah satu kunci berada di tangannya. "Kunci mobil milik siapa itu?" 

"Saat kalian tadi keluar dari pintu rumah itu, aku sempat berhenti dan melihat kunci ini tergeletak begitu saja di lantai. Jadi, ya aku ambil saja kunci ini. Aku tak akan mencurinya, aku akan mengembalikannya jika kunci ini sudah tak ada lagi memiliki nilai guna."

"Apa ada dari kalian yang bisa menyetir mobil?" tanya lagi Gusto.

Wawan mengangkat salah satu tangannya. "Aku bisa! Aku dulu pernah—"

"Tidak perlu aku mendengarkan penjelasan itu. Ayo bawa mobil itu untuk kita pergi menuju pabrik kayu milik Arda yang tak jauh dari rumah ini."

Gusto, Wawan, Anto, dan ketiga rekannya itu segera memasuki mobil dan tancap gas menuju ke arah pabrik kayu.

Kini di rumah Arda, tersisa Bisma, Jaka, Sempa, dan Gandi yang masih terjebak di dalam sana. Mereka terus mencari celah untuk bagaimana pun caranya melumpuhkan Arda. Jaka terus mencari sesuatu untuk menyerangnya, namun semua usahanya sia-sia. Ada saja sesuatu yang membuat gagal. Ia pun kesal, dan turun dari lantai dua untuk langsung melawan Arda di hadapannya.

"Ternyata bocah kemarin sore, cuih! Aku juga tahu di sini sudah ada Sempa, Gandi, dan cucu dari keturunan Atmaja." Arda terlihat santai dan tidak ketakukan menghadapi mereka berempat.

Lihat selengkapnya