Terungku Para Pakerja
Mobil yang dikendarai oleh Paulo berhenti tepat di depan pabrik. Semua orang yang berada di dalam mobil itu, bersamaan turun. Di sana sudah terdapat banyak orang yang sudah dari tadi menunggu kedatangan mereka, termasuk Gusto dan yang lainnya. Sempa dan Gandi juga ada di sana—dibawa oleh pasukan Paulo—baru saja siuman dari pingsan.
Gusto langsung menghampiri Bisma dan Jaka. "Bisma, Jaka! ... Bagaimana kondisi kalian?" Tampak dari raut wajah Gusto yang sangat cemas dengan mereka berdua.
"Tidak apa-apa, Gusto. Mereka telah menyelamatkan kami, termasuk membawa Sempa dan Gandi." Bisma mengarahkan pandangannya ke arah Loren dan Paulo.
Gusto sempat terdiam sebentar dan ia langsung memperkenalkan dirinya kepada Loren dan Paulo. "Gusto, senang bertemu dengan kalian." Senyuman Gusto membuat Loren dan Paulo ikut tersenyum.
"Namamu jauh lebih dulu aku tahu, tapi kini aku baru saja bertemu dengan wujud asli orang hebat seperti kau—" Loren memberikan pujian kepadanya—seperti orang yang sudah kenal lama.
"Jangan puji orang tua itu berlebihan, Loren. Nanti dia akan menunjukkan sikap sombongnya yang membuat kau akan terkejut melihatnya." Cepat sekali Gandi tiba-tiba merespon pembicaraan mereka.
"Sudah urus saja dirimu, jangan banyak omong." Gusto mulai kembali kesal kepada anak itu.
"Ayo masuk! jangan terlalu lama di sini. Masih banyak yang harus kita selesaikan." Tak banyak bicara, Paulo menyuruh mereka semua untuk segera masuk ke dalam pabrik kayu itu.
Mereka semua pun mengangguk dan mulai memasuki pabrik kayu milik Arda itu, kecuali tujuh orang misterius yang masih memakai pakaian lengkap. Mereka ditugaskan Paulo untuk menjaga kondisi pabrik dan menghabisi siapa pun ancaman yang datang melawan. Di dalam sana, banyak sekali mesin-mesin untuk mengoperasikan batang-batang pohon yang belum kayu. Mesin-mesin itu sepertinya digunakan untuk alat pembantu tenaga manusia untuk mempermudah dalam proses pembuatan batang pohon menjadi kayu, lalu kayu itu akan diubah menjadi barang yang nantinya akan memiliki nilai guna dan daya jual. Hampir dari mereka melihat ke arah sekeliling dari pabrik kayu itu. Namun tidak dengan Loren dan Paulo. Mereka berdua terus berjalan tanpa berhenti di satu tempat. Mereka berdua seperti orang yang sudah berkali-kali masuk ke dalam tempat ini. Tak mendengar suara langkah kaki di belakang mereka, Loren dan Paulo menoleh ke belakang untuk melihat yang lainnya.
"Hey, kemari lah! Jangan berdiam diri di sana." Loren meneriaki mereka semua dengan lantang.
Mereka semua pun sontak terkejut mendengar suara itu dan menghampiri mereka berdua.
"Bukan tempat ini tujuan kita. Tetapi satu tempat di bawah sini." Loren mengarahkan jari telunjuknya ke arah bawah—tepat pada kaki mereka semua yang menginjak lantai pada pabrik itu.
Semuanya menatap lamat Loren dengan tajam kecuali Paulo yang memang sudah tahu apa maksud dari perkataannya barusan.
"Percayalah kepadaku, kawan. Ini adalah salah satu hal yang sudah lama kalian nantikan."
"Cinta?" Jaka tiba-tiba menyebut salah satu nama seseorang yang membuat semuanya mengalihkan pandangan kepadanya.
"Salah satu perempuan yang diceritakan oleh kakekmu itu?" Bisma menanyakan kebenarannya.
Jaka mengangguk. "Itu adalah perempuan yang aku cintai."
"Aku tak bisa memastikan jika itu adalah orang yang kau maksud. Tetapi aku bisa jamin, di bawah sana ada orang."